Tradisi tahlilan pasca kematian merupakan praktik keagamaan yang telah tertanam kuat dalam budaya masyarakat Muslim di berbagai daerah, termasuk di Luwu, Sulawesi Selatan. Meski memiliki nilai sosial dan spiritual yang tinggi, praktik ini sering terjadi, terutama dalam perspektif kelompok Islam skripturalis yang Merujuk pada kritik tajam Ibnu Taimiyah terhadap bid'ah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan teologis Ibnu Taimiyah terkait praktik keagamaan yang tidak ditemukan secara eksplisit dalam sumber utama Islam serta menelaah bagaimana praktik tahlilan dimaknai oleh masyarakat Luwu sebagai bagian dari tradisi keagamaan-kultural.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan analisis wacana, serta menganalisis teks-teks klasik dan literatur kontemporer yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahlilan di Luwu berfungsi sebagai media solidaritas sosial, pendidikan spiritual, dan internalisasi nilai-nilai Islam berbasis lokal. Sementara itu, kritik Ibnu Taimiyah tetap relevan sebagai upaya menjaga kemurnian ibadah, namun penerapannya perlu mempertimbangkan konteks sosial dan maq??id al-syar?'ah.Penelitian ini berkontribusi dalam memperkaya wacana Islam Nusantara dan menawarkan pendekatan moderat dalam menyikapi praktik keagamaan lokal. Studi lanjutan direkomendasikan untuk menggali dinamika generasi muda dalam memaknai tradisi keagamaan di tengah arus modernitas.
Copyrights © 2025