Masyarakat NTT telah memanfaatkan batu gamping (CaCO3) dalam bentuk kapur tohor (CaO). Keberhasilan konversi CaCO3 menjadi CaO dipengaruhi oleh suhu kalsinasi, waktu kalsinasi, dan ukuran partikel batu gamping itu sendiri. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dan mengetahui fenomena yang terjadi terhadap kolaborasi suhu dan waktu kalsinasi terhadap produk CaO yang dihasilkan. Observasi dilakukan pada ukuran diameter 5 cm dengan massa 80 gram, suhu kalsinasi 800-1000°C, dan waktu kalsinasi 1- 4 jam. Hasil observasi menunjukan bahwa seiring semakin lama waktu kalsinasi dan semakin tinggi suhu kalsinasi, maka produk CaO mengalami peningkatan namun reaktifitasnya terhadap air yang ada di udara menjadi menurun, hal ini terlihat dari semakin turunnya jumlah kristal Ca(OH)2 yang terbentuk (40% pada suhu 800oC; 23,5% pada suhu 900oC dan 17% pada suhu 1000oC). Hasil difraksi pada suhu 800oC menunjukkan masih terdapat fasa kristal CaCO3 sebesar 35%, hal ini menunjukkan proses kalsinasi belum dapat mengubah semua CaCO3 menjadi CaO. Hasil XRD menunjukkan pula peningkatan pembentukan mineral larnite yaitu fasa kristal dari reaksi SiO2 yang ada di batu gamping dengan CaO yang terbentuk sehingga semakin tinggi suhu kalsinasi menghasilkan CaO murni makin sedikit. Kondisi operasi paling ekonomis diperoleh pada waktu kalsinasi 1 jam dan suhu kalsinasi 1000oC, dengan konversi CaCO3 sebesar 90,63%. Implementasi hasil penelitian kepada mitra produsen batu kapur CaO adalah perbaikan waktu pembakaran yang semula 8 jam dapat dilakukan dengan waktu 4 jam pada suhu 900oC. Hal ini tentunya dapat mengurangi konsumsi bahan bakar tanpa mengurangi kualitas batu kapur CaO yang dihasilkan.
Copyrights © 2025