Claim Missing Document
Check
Articles

SINTESIS BIOADITIF GASOLINE MELALUI KETALISASI GLISEROL MENGGUNAKAN KATALISATOR PADAT Nuryoto, Nuryoto; Sulistyo, Hary; Sediawan, Wahyudi Budi; Perdana, Indra
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 5, No 2 (2016): December 2016 [Nationally Accredited]
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v5i2.7431

Abstract

Utilization of glycerol side product from biodiesel as waste management application is required for reduced   negative effect which possible emerged. Glycerol  have three bond of hydroxyde, so its  opportunity  to utilize  to be solketal as bio-additive of gasoline. Indion 225 Na ion exchanger resin is strong acid cation category and low  prices, so  its potency to use alternatively of solid catalyst to get efficient and economic process. The purpose of this research was focussed to search  of the best condition by optimalization indion 225 Na performance as catalyst in glycerol ketalization reaction, by integrated of variables that have effected to reaction for maximize glycerol coversion. To get maximize of reactants molecular interaction and for  optimalization indion 255 Na performance, observation  conducted  in the  range variables which widely enough that were  reactant ratio of 5:1-6:1 mole of acetone mole/mole of glycerol, diameter size  catalyst of  20-40 mesh, catalyst concentration of 3-5% mass of acetone, and reaction temperature of 35-65oC. Result of the research showed that  indion 225 Na catalyst have good performance, by glycerol conversion to reach of 51.89%. Glycerol conversion mentioned was obtained at reactant ratio of 6:1 mole of acetone/mole of gycerol, diameter size catalyst of  40 mesh, catalyst concentration of 4%  mass of acetone, and  reaction temperature of  65oC.
Optimaslisasi Kinerja Zeolit Alam Bayah Sebagai Katalis Untuk Pembuatan Triacetin Sebagai Aditif Premium Yulvianti, Meri; Nuryoto, .; Sobari, Muhammad Iqbal; Rijal, Sahrul
TEKNIKA Vol 12, No 1 (2016): Juni
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini pengembangan energi alternatif sangat banyak dilakukan untuk mengatasi permasalahan energi, salah satunya adalah pembuatan biodiesel yang memiliki produk samping berupa gliserol. Seiring berkembangnya produksi biodiesel maka gliserol yang dihasilkan pun akan mengalami peningkatan. Pengolahan gliserol menjadi aditif berupa triacetin dapat menjadi alternatif dalam mengatasi melimpahnya gliserol dan dapat menjadi terobosan baru untuk menaikan angka oktan premium dan angka setana pada minyak diesel. Penggunaan katalisator padat berupa zeolit alam Bayah dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap katalisator impor dan menggali potensi alam yang belum termanfaatkan secara maksimal. Tujuan penlitian ini menentukan kondisi optimal zeolit dalam pembuatan triacetin dengan melakukan variasi pengadukan, suasana kondisi reaksi dan persen berat zeolit. Dan untuk diharapkan dapat menghasilkan teknologi baru yang sederhana, ekonomis dan ramah lingkungan serta dapat memberikan manfaat berupa pemecahan masalah produk samping dari proses pembuatan biodiesel sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari produksi biodiesel tersebut. Penelitian ini dilakukan pada reactor batch. Kondisi optimal yang dicapai dalam pembuatan triacetin ini adalah pada kecepatan 600 rpm, perbandingan massa katalis 3% dan rasio perbandingan mol reaktan 1:3 mol gliserol : mol asam asetat, dengan konversi sebesar 89,90 %.
SINTESIS BIOADITIF GASOLINE MELALUI KETALISASI GLISEROL MENGGUNAKAN KATALISATOR PADAT Nuryoto, Nuryoto; Sulistyo, Hary; Sediawan, Wahyudi Budi; Perdana, Indra
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 5, No 2 (2016): December 2016 [Nationally Accredited]
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v5i2.7431

Abstract

Utilization of glycerol side product from biodiesel as waste management application is required for reduced   negative effect which possible emerged. Glycerol  have three bond of hydroxyde, so its  opportunity  to utilize  to be solketal as bio-additive of gasoline. Indion 225 Na ion exchanger resin is strong acid cation category and low  prices, so  its potency to use alternatively of solid catalyst to get efficient and economic process. The purpose of this research was focussed to search  of the best condition by optimalization indion 225 Na performance as catalyst in glycerol ketalization reaction, by integrated of variables that have effected to reaction for maximize glycerol coversion. To get maximize of reactants molecular interaction and for  optimalization indion 255 Na performance, observation  conducted  in the  range variables which widely enough that were  reactant ratio of 5:1-6:1 mole of acetone mole/mole of glycerol, diameter size  catalyst of  20-40 mesh, catalyst concentration of 3-5% mass of acetone, and reaction temperature of 35-65oC. Result of the research showed that  indion 225 Na catalyst have good performance, by glycerol conversion to reach of 51.89%. Glycerol conversion mentioned was obtained at reactant ratio of 6:1 mole of acetone/mole of gycerol, diameter size catalyst of  40 mesh, catalyst concentration of 4%  mass of acetone, and  reaction temperature of  65oC.
Pengujian Zeolit Alam Mordenit Sebagai Penjerap Proses Pendegradasian Kandungan Amonium di dalam Air Tambak Nuryoto, Nuryoto; Kurniawan, Teguh; Kustiningsih, Indar
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21 No. 1 (2020)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.048 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v21i1.3745

Abstract

ABSTRACTIndonesia has an abundant quantity of natural zeolites that have not yet been utilized maximally. On the other hand, fishpond farmers have a problem regarding the presence of ammonium in the fishpond water which will negatively impact to survival of fish, especially small fish. To solve this problem, this research was utilizing natural zeolite to degrade ammonium in the fishpond water. This research aimed to test mordenite natural zeolite from Bayah as an adsorbent to collaborate some variables impact to reach more maximal adsorption. The variables that were used to be observed were: mordenite natural zeolite from Bayah as an adsorbent which has been activated by 1-7 N H2SO4 and the other was without activation, ammonium concentration of 80-800 ppm, the particle size of adsorbent of 80 and 150 mesh, stirring speed of 600 and 800 rpm, and without stirring by duration adsorption time of 60 minutes. The research results showed that mordenite natural zeolite after activated was able to adsorb of 100% ammonium, while for the mordenite natural zeolite from Bayah without stirring was of 80%, by the same absorption time. These results will give significant benefits for fishpond farmers to increase their productivity because of the increase in fish survival.Keywords: adsorption, adsorbent, zeolite, amoniumABSTRAKKandungan zeolit alam di Indonesia cukup melimpah dan belum termanfaatkan secara maksimal. Pada sisi lain petani tambak dihadapkan pada masalah terdapatnya kandungan amonium di dalam air tambak, yang akan berdampak negatif bagi keberlangsungan hidup ikan, terutama ikan yang masih kecil. Penelitian ini mencoba memanfaatkan zeolit alam guna mendegradasi kandungan amonium dalam air tambak. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian terhadap zeolit alam mordenit dari Bayah sebagai adsorben, baik dilakukan dengan pengadukan maupun tanpa pengadukan, serta mengkolaborasi beberapa variabel yang berpengaruh agar hasil adsorpsi lebih maksimal. Observasi dilakukan dengan zeolit alam mordenit dari Bayah yang telah diaktivasi dengan 1-7 N H2SO4 maupun tanpa aktivasi, rentang konsentrasi larutan amonium 80-800 ppm, ukuran partikel adsorben 80 dan 150 mesh, kecepatan pengadukan 600 dan 800 rpm, dan tanpa pengadukan serta lamanya waktu penyerapan 60 menit. Hasil penelitian menunjukan hasil yang sangat baik, dan secara umum zeolit alam mordenit Bayah teraktivasi telah mampu melakukan adsorpsi amonium sebesar 100%, sedangkan untuk zeolit alam mordenit Bayah tanpa pengadukan sebesar 80% pada waktu adsorpsi yang sama.Kata kunci: adsorpsi, adsorben, zeolit, amonium
Pengaruh Lokasi Zeolit Alam Bayah terhadap Adsorpsi Amonium: Studi Kinetika dan Kesetimbangan Hakiki, Muhammad; Makiyi, Muhammad; Nuryoto, Nuryoto; Rahmayetty, Rahmayetty; Kustiningsih, Indar; Kurniawan, Teguh
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3786.006 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4403

Abstract

ABSTRACT Household waste is one of the most significant contributors to wastewater that can pollute the environment, one of which is ammonium pollution. Ammonium pollution can be reduced by natural zeolite by using the adsorption method. This research aims to utilize natural zeolite as an adsorbent that can reduce ammonium levels in wastewater, determine which natural zeolite has the most significant adsorption power from 4 locations, determine natural zeolite characterization of Bayah. This study is also to create a model equilibrium equations and reaction kinetics from the adsorption method. The method used is the adsorption method, X-ray diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), and Brunauer-Emmett-Teller (BET). This study's results were that natural zeolites location 4 could adsorb 99.25% of ammonium and showed the highest adsorption capacity of ammonium. Characterization using XRD analysis obtained the types of zeolite mordenite, clinoptilolite, quartz, and heulandite. The surface area of Bayah natural zeolite in the 4th location is 46 m2/g. The suitable equilibrium model for the adsorption of ammonium by natural zeolites is the Freundlich model. The most suitable adsorption kinetics model for the adsorption of ammonium by Bayah natural zeolites is the pseudo-first-order model. Keywords: household waste, ammonium, eutrophication, natural zeolites   ABSTRAK Limbah rumah tangga adalah salah satu penyumbang limbah cair terbesar yang dapat mencemari lingkungan salah satunya pencemaran amonium. Pencemaran amonium dapat dikurangi dengan zeolit alam dengan menggunakan metode adsorpsi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan zeolit alam yang memiliki daya adsorpsi terbesar dari 4 lokasi berbeda, melakukan karakterisasi zeolit alam Bayah, dan memodelkan persamaan kesetimbangan dan kinetika reaksi adsorpsi amonium. Karakterisasi zeolit dilakukan dengan analisis X-ray diffraction (XRD), Scanning Electron Microsope (SEM), dan luas permukaan material menggunakan model Brunauer-Emmett-Teller (BET). Hasil dari penelitian ini adalah zeolit alam lokasi 4 memiliki  kapasitas adsorpsi amonium paling besar, yaitu 9,25%. Adapun kapasitas adsorpsi amonium yang paling besar ditunjukkan oleh zeolit alam Bayah lokasi 4. Analisis XRD menunjukkan bahwa seluruh zeolit Bayah merupakan zeolit bertipe mordenit, klinoptilolit, dan heulandit dengan fasa pengotor quartz. Luas permukaan zeolit alam Bayah lokasi 4 sebesar 46 m2/g. Model kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi amonium oleh zeolit alam Bayah yaitu model Freundlich. Model kinetika adsorpsi yang paling sesuai untuk adsorpsi amonium oleh zeolit alam Bayah yaitu model kuasi orde satu. Kata Kunci: limbah rumah tangga, amonium, eutrofikasi, zeolit alam
Pengaruh Lokasi Zeolit Alam Bayah terhadap Adsorpsi Amonium: Studi Kinetika dan Kesetimbangan Hakiki, Muhammad; Makiyi, Muhammad; Nuryoto, Nuryoto; Rahmayetty, Rahmayetty; Kustiningsih, Indar; Kurniawan, Teguh
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3786.006 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4403

Abstract

ABSTRACT Household waste is one of the most significant contributors to wastewater that can pollute the environment, one of which is ammonium pollution. Ammonium pollution can be reduced by natural zeolite by using the adsorption method. This research aims to utilize natural zeolite as an adsorbent that can reduce ammonium levels in wastewater, determine which natural zeolite has the most significant adsorption power from 4 locations, determine natural zeolite characterization of Bayah. This study is also to create a model equilibrium equations and reaction kinetics from the adsorption method. The method used is the adsorption method, X-ray diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), and Brunauer-Emmett-Teller (BET). This study's results were that natural zeolites location 4 could adsorb 99.25% of ammonium and showed the highest adsorption capacity of ammonium. Characterization using XRD analysis obtained the types of zeolite mordenite, clinoptilolite, quartz, and heulandite. The surface area of Bayah natural zeolite in the 4th location is 46 m2/g. The suitable equilibrium model for the adsorption of ammonium by natural zeolites is the Freundlich model. The most suitable adsorption kinetics model for the adsorption of ammonium by Bayah natural zeolites is the pseudo-first-order model. Keywords: household waste, ammonium, eutrophication, natural zeolites   ABSTRAK Limbah rumah tangga adalah salah satu penyumbang limbah cair terbesar yang dapat mencemari lingkungan salah satunya pencemaran amonium. Pencemaran amonium dapat dikurangi dengan zeolit alam dengan menggunakan metode adsorpsi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan zeolit alam yang memiliki daya adsorpsi terbesar dari 4 lokasi berbeda, melakukan karakterisasi zeolit alam Bayah, dan memodelkan persamaan kesetimbangan dan kinetika reaksi adsorpsi amonium. Karakterisasi zeolit dilakukan dengan analisis X-ray diffraction (XRD), Scanning Electron Microsope (SEM), dan luas permukaan material menggunakan model Brunauer-Emmett-Teller (BET). Hasil dari penelitian ini adalah zeolit alam lokasi 4 memiliki  kapasitas adsorpsi amonium paling besar, yaitu 9,25%. Adapun kapasitas adsorpsi amonium yang paling besar ditunjukkan oleh zeolit alam Bayah lokasi 4. Analisis XRD menunjukkan bahwa seluruh zeolit Bayah merupakan zeolit bertipe mordenit, klinoptilolit, dan heulandit dengan fasa pengotor quartz. Luas permukaan zeolit alam Bayah lokasi 4 sebesar 46 m2/g. Model kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi amonium oleh zeolit alam Bayah yaitu model Freundlich. Model kinetika adsorpsi yang paling sesuai untuk adsorpsi amonium oleh zeolit alam Bayah yaitu model kuasi orde satu. Kata Kunci: limbah rumah tangga, amonium, eutrofikasi, zeolit alam
KINETIKA KETALISASI GLISEROL DAN ASETON MENGGUNAKAN KATALISATOR PENUKAR ION Nuryoto, Nuryoto; Rochmat, Agus
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 1 JUNI 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.439 KB) | DOI: 10.36055/jip.v7i1.3217

Abstract

Hasil samping produksi biodiesel berupa gliserol mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi produk turunnya yaitu solketal, melalui reaksi ketalisasi gliserol. Reaksi ketalisasi gliserol dengan aseton  merupakan reaksi dapat balik yang menghasilkan solketal, asetal, dan air. Pendekatan matematika diperlukan untuk memprediksi laju reaksi dan untuk  pengembangan serta operasional proses reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi ketalisasi gliserol dengan aseton menggunakan  katalisator padat berupa katalisatot penukar ion dengan pendekatan beberapa model matematika berbasis penentuan konstanta kecepatan reaksi  dan kesetimbangan  reaksi. Percobaan dilakukan  dengan katalisator zeolit alam modernit dari Bayah, Indonesia dan amberlyst 15 dry menggunakan raektor batch  pada rentang suhu reaksi  30-60oC,  perbandingan pereaksi  1:1 - 8:1 mol aseton/mol gliserol, katalisator 9% massa gliserol, dan kecepatan pengadukan 800 rpm. Hasil percobaan menunjukan bahwa model  dengan penyimpangan  rerata  terkecil dihasilkan pada model Langmuir- Hinshelwood yaitu sebesar  1,31 % untuk katalisator zeolit alam modernit dan  2,22% untuk katalisator amberlyst 15 dry.
Article review: Comparison of octane booster additive for gasoline Gustiana Awaludin Sobarsah; Nuryoto Nuryoto; Jayanudin Jayanudin
Jurnal Teknika Vol 17, No 2 (2021): Available Online in November 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v17i2.11989

Abstract

Gasoline is a petroleum-derived liquid that is most typically used in internal combustion engines, especially those utilizing spark ignition. Gasoline is a hydrocarbon blend that contains sulfur, nitrogen, oxygen, and other metals. Olefins, aromatics, paraffin, and naphthenes are the four main components of gasoline. An octane number is a unit of measurement for the ignition quality or flammability of gasoline. It is frequently referred to as the research octane number (RON), and it is calculated using a ratio of isooctane to n-heptane. The octane number can be decreased by lengthening the hydrocarbon molecule chain and increasing by branching the carbon chain. Another method is to use an octane number increaser for gasoline as an addition. These are classified as oxygenate, ether, antiknock agent, nanoparticles, and aromatic compounds. Numerous studies have been conducted to establish the influence of additives in gasoline on engine performance metrics such as braking power, thermal brake efficiency, volumetric efficiency, fuel consumption efficiency, and their impact on the environment. This review article aims to assess and compare the effects of various gasoline additives on the performance and emission characteristics of ignition engines. Bensin adalah cairan yang berasal dari minyak bumi yang paling banyak digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran internal, khususnya mesin menggunakan percikan pengapian. Bensin adalah campuran hidrokarbon dengan beberapa kontaminan, termasuk belerang, nitrogen, oksigen, dan logam tertentu. Empat kelompok penyusun utama bensin adalah olefin, aromatik, parafin, dan naften. Angka oktan adalah ukuran kualitas pengapian atau mudah terbakarnya bensin, biasa disebut Research Octane Number (RON) yang dapat diukur menggunakan perbandingan antara campuran isooktana dengan n-heptana. Angka oktan dapat berkurang dengan bertambahnya panjang rantai dalam molekul hidrokarbon sedangkan angka oktan dapat meningkat dengan membuat percabangan rantai karbonnya. Cara lain untuk meningkatkan angka oktan adalah ditambakan  peningkat angka oktan bensin sebagai aditif, yang terbagi pada kategori oxygenat, eter, agen antiknock, nano partikel dan senyawa aromatik. Banyak penelitian tentang penggunaan aditif dalam bensin untuk menentukan pengaruhnya terhadap ukuran kinerja mesin seperti daya pengereman, efisiensi rem termal, efisiensi volumetrik, efisiensi konsumsi bahan bakar, dan efeknya terhadap lingkungan. Tujuan dari artikel review ini adalah untuk mengevaluasi serta membandingkan berbagai aditif pada bensin dan pengaruhnya terhadap kinerja dan karakteristik emisi mesin pengapian.
SINTESA GLISEROL KARBONAT BERBAHAN BAKU GLISEROL DAN SODIUM BIKARBONAT DENGAN KATALISATOR RESIN PENUKAR ION INDION 225 NA Nuryoto Nuryoto; Jayanudin Jayanudin; Hary Sulistyo; Wahyu Budi Setiawan
Jurnal Teknika Vol 8, No 2 (2012): Edisi November 2012
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v9i2.6691

Abstract

Pembuatan biodiesel sebagai salah satu bauran energi menghasilkan produk samping berupa gliserol. Dengan mereaksikan antara gliserol dengan sodium karbonat menjadi gliserol karbonat dapat memberikan nilai tambah pada industri biodiesel. Penggunaan katalisator yang ekonomis dan ramah lingkungan mutlak diperlukan untuk mengurangi dampak polusi lingkungan. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar konversi gliserol yang dihasilkan dengan pengunaan katalisator resin penukar ion berupa indion 225 Na dalam proses reaksi antara gliserol dan sodium karbonat. Percobaan dilakukan dalam reaktor batch, kecepatan pengadukan 600 rpm, perbandingan pereaksi 3 gmol gliserol/gmol sodium bikarbonat, konsentrasi pelarut 3gmol,waktu reaksi 90 menit, suhu reaksi 60- 100oC, konsentrasi katalisator 1-9 % massa gliserol, dan dimeter partikel 0,0456-0,0912 cm . Pengambilan sampel dilakukan setiap 15 menit untuk dilakukan analisa gliserol sisa (Gb)dan gliserol awal (Go) sebelum katalisator dimasukan. Hasil percobaan menunjukan dengan semakin meningkatnya suhu reaksi dan semakin kecil ukuran katalisator konversi yang dihasilkan mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi katalisator. Kondisi terbaik diperoleh pada diameter katalisator 0,0645 cm, konsentrasi katalisator 1% massa gliserol, suhu 100oC, dan pada waktu reaksi 60 menit yaitu dengan perolehan konversi sebesar 30,28% atau 90,84% berbasis sodium bikarbonat.
Studi Kinerja Katalisator Lewatit Monoplus s-100 pada Reaksi Esterifikasi antara Etanol dan Asam Asetat Nuryoto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.188 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.551

Abstract

Seringkali etil asetat dibuat dengan menggunakan katalisator asam sulfat.Walaupun konversi yang dihasilkan tinggi, penggunaan katalisator asam sulfat banyak menimbulkan masalah. Proses esterifikasi antara etanol dan asam asetat dengan katalisator padat berupa resin penukar ion lewatit monoplus s-100 diharapkan dapat memecahkan permasalahan tersebut. Proses pembuatan etil asetat dilakukan dengan cara batch, perbandingan pereaksi 1,2 gmol asam asetat /gmol etanol, waktu reaksi 60 menit, dengan pengadukan berbasis bed expansion 4% mengunakan magnetit stirrer, dan katalisator lewatit monoplus s-100. Variabel yang divariasikan adalah suhu reaksi dan konsentrasi katalisator. Etanol, asam asetat, dan katalisator dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian ambil contoh untuk dianalisis etanol awal. Tutup reaktor dengan penutup lalu hotplate dinyalakan sambil pengadukan dijalankan. Setelah 60 menit ambil sampel untuk dianalisis konsentrasi etanol. Analisis dilakukan satu kali pada akhir reaksi yaitu 60 menit dengan mengunakan kromatografi gas. Hasil percobaan menunjukkan semakin besar suhu laju reaksi semakin meningkat, tetapi naiknya konsentrasi katalisator akan menyebabkan reaksi balik. Konversi tertinggi diperoleh pada 358K, dan konsentrasi katalisator 0,8 massa resin/massa etanol, dengan konversi sebesar 87,3%. Ini menunjukkan bahwa kinerja katalisator lewatit monopluss-100 cukup baik digunakan untuk proses esterifikasi antara etanol dan asam asetat. Kata kunci : asam asetat, esterifikasi, etanol, lewatit monoplus s-100 Sulfuric acid is common catalyst in producing ethyl acetate. Despite of high conversion, using sulfuric acid as catalyst is appearing a lot of problems. The use of solid catalyst is expected to solve the problem. Utilizing of lewatit monoplus s-100 in the esterification of ethanol and acetic acid was investigated in this work. The experiments were carried out in a reactor on the hot plate equipped with magnetic stirrer. The reactant ratio was 1.2 gmol acetic acid / gmol ethanol and lewatit monoplus s-100 as catalyst. Samples were taken at initial and after 60 minutes, then the samples were analyzed by using gas chromatograph. The same experiments were conducted at different temperatures and catalyst concentrations. Based on the experimental result, lewatit monoplus s-100 performed well as solid catalyst in the esterification. It was shown that the higher the temperature, the higher the reaction rate, meanwhile increasing the catalyst concentration, the conversion was lower. The highest conversion was 87.3%, when the temperature was 358 K, and a catalyst concentration was 0.8 g. resin /g. ethanol. Key words: acetic acid, esterification, ethanol, lewatit monoplus s-100
Co-Authors Abdul Hadi Abdullah, Aldi Abdusattar, Thareqa Achmad Syarafuddin As-syirazi Agus Rochmat Alamudin, Dimas Alya Sholikhatul Choerunnisa Amaliah, Alin Rizka Anggara Diaz Ramadhan Anita Diyanah Anton Irawan Astari, Raisa Astrilia Damayanti Bagaskara, Rafiif Nur Tahta Diana Alfi Jayanti Doni Rahmat Wicakso Dwinanto Dwinanto Erlin Filiandini Erlin Findilina Fajar Gumelar Farhan Alif Syahjaya Fortuna, Dwi Geraldi Riantoro Ghani Naufal Gustiana Awaludin Sobarsah Hakiki, Muhammad Hary Sulistyo Hary Sulistyo Hary Sulistyo Hary Sulistyo Hendra, Hendra Heri Heriyanto Hernadin, Ivan Aldino Hesti Prihastuti Indar Kustiningsih Indra Perdana Indra Perdana Indra Perdana Isti Uswatun Hasanah Jayanudin Jayanudin Jayanudin Julvita, Herliza Kawiarso Kawiarso Makiyi, Muhammad Megawati - Meri Yulvianti Muchamad Ismettulloh Muhammad Fadjri Muhammad Iqbal Sobari, Muhammad Iqbal Muhammad Ridwan Mubarok Muhammad Triyogo Adiwibowo Nia Mas’ulunniah Nindya Carolina C.S Perdana, Indra Prasetyo, Ridwan Anung Prayogatama, Adhi Puspitasari, Anita Raffli Nurmuhammad Rahmawati, Leli Rahmayetty Rahmayetty Rahmayetty, Rahmayetty Ramadani, Putri Dwi Ramadhan, Anggara Diaz Retno Hadi Winoto Rizki, Muhammad Prabu Rudi Hartono Sahrul Rijal, Sahrul Saiful Bahri Sediawan, Wahyudi Budi Shera D. Andini Soni Candra Suhendar Suhendar, Suhendar Sulistyo, Hary Suprihastuti, Sri Rahayu Suripno Suripno Sutijan Syifa Fauziah Teguh Kurniawan Teguh Kurniawan Tita, Lorenso Caetano Manek De Wahyu Budi Setiawan Wahyudi Budi Sediawan Wahyudi Budi Sediawan Wahyudi Budi Sediawan Widya Ernayati Kosimaningrum Wijoyono Setionegoro Winaningsih, Ima Yulvianti, Meri Yusuf Rumbino