Bawang merah (Allium ascalonicum L.) menjadi salah satu komoditas hortikultura yang banyak dimanfaatkan masyarakat Provinsi Riau, Indonesia. Provinsi Riau mengupayakan peningkatan produktivitas bawang merah dengan melakukan pengembangan daerah penanaman bawang merah, namun produktivitas bawang merah masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan oleh gangguan penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. cepae). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data insidensi penyakit layu fusarium dan upaya pengendaliannya. Penelitian menggunakan metode survei dan observasi. Pengamatan yang dilakukan yaitu kondisi lahan, gejala, serta insidensi dan intensitas penyakit layu fusarium. Hasil penelitian menunjukkan gejala penyakit layu fusarium yaitu daun berwarna hijau pucat hingga menguning, cenderung terpelintir, layu, kering, dan umbi membusuk. Insidensi dan intensitas penyakit layu fusarium di beberapa lokasi penelitian, seperti Pekanbaru, Siak, Pelalawan, Rokan Hulu, dan Dumai berbeda. Lokasi penelitian dengan insidensi dan intensitas penyakit layu fusarium tertinggi berada di Kelurahan Kulim Kota Pekanbaru masing-masing sebesar 17,35% dan 22,61%, sedangkan lokasi dengan tingkat serangan penyakit terendah berada di Desa Langsat Permai Kabupaten Siak dengan tidak adanya insidensi penyakit layu fusarium. Upaya pengendalian yang dilakukan petani yaitu penggunaan fungisida sintetik, rotasi tanaman, pemberian kapur, dan pemanfaatan agens hayati.
Copyrights © 2025