Artikel ini mengkaji konsep ashabiyyah dalam pemikiran Ibn Khaldun sebagaimana tertuang dalam karya monumentalnya, Muqaddimah, dengan fokus pada hubungan antara solidaritas sosial, budaya, dan kekuasaan. Dalam kerangka filsafat politik Islam klasik, ashabiyyah dipahami sebagai kekuatan kolektif yang menjadi fondasi pembentukan dan keberlangsungan kekuasaan politik serta stabilitas budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka dan studi kasus lokal di Provinsi Banten, dengan menyoroti keluarga besar H. Chasan Shohib sebagai representasi aktualisasi ashabiyyah dalam konteks kekuasaan kontemporer. Hasil analisis menunjukkan bahwa ashabiyyah yang bersifat inklusif dan etis dapat menjadi sumber kekuatan sosial-politik yang stabil dan berkeadilan, sementara ashabiyyah yang eksklusif dan tidak adaptif cenderung mendorong disintegrasi dan kemunduran kekuasaan. Temuan ini menegaskan relevansi pemikiran Ibn Khaldun dalam membaca dinamika kekuasaan modern, serta pentingnya revitalisasi nilai solidaritas sosial berbasis budaya dan moralitas untuk membangun kekuasaan yang berkelanjutan.
Copyrights © 2025