Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis dengan prevalensi yang terus meningkat di Indonesia, mencapai 10,9% pada tahun 2018. Di Kalimantan Tengah, sekitar 15% populasi dewasa mengalami DMT2, dengan banyak kasus yang tidak terkontrol secara optimal. Salah satu faktor yang memengaruhi kontrol gula darah adalah stres. Stres dapat meningkatkan hormon kortisol dan adrenalin yang mengganggu kerja insulin, serta memicu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Di RSUD Hanau, strategi manajemen stres belum terintegrasi dalam layanan perawatan DMT2, sehingga dibutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisa hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Hanau. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 30 pasien DMT2 di RSUD Hanau. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Kadar gula darah pasien diukur menggunakan glukometer, sedangkan tingkat stres diukur menggunakan instrumen Perceived Stress Scale (PSS-10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% responden memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol, dan 43,33% mengalami tingkat stres yang berat. Analisis korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres dan kadar gula darah (r = 0,591, p = 0,001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan tingkat stres berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah, menegaskan pentingnya manajemen stres dalam pengelolaan DMT2.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025