AbstrakBendungan Tigadihaji merupakan infrastruktur strategis untuk irigasi, penyediaan air baku, PLTA, dan pengendalian banjir di Sumatera Selatan. Proyek Paket 1 mengalami keterlambatan signifikan sehingga memerlukan strategi percepatan yang efektif. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi tiga alternatif percepatan, yaitu crashing (penambahan jam kerja/lembur), overlapping (pengubahan hubungan antaraktivitas), dan kombinasi keduanya, dengan mengukur dampak terhadap durasi serta biaya proyek. Analisis dilakukan menggunakan metode jalur kritis (CPM) berbasis data jadwal dan biaya kontrak. Percepatan dihitung dari perbedaan durasi total proyek serta perubahan biaya langsung dan tidak langsung. Hasil menunjukkan bahwa crashing dapat memperpendek durasi sebesar 191 hari dengan efisiensi biaya sekitar Rp2,45 miliar. Metode overlapping mempercepat 115 hari dengan efisiensi Rp2,05 miliar. Strategi kombinasi memberikan hasil terbaik dengan percepatan 321 hari dan efisiensi Rp4,76 miliar. Temuan ini menegaskan bahwa kombinasi crashing dan overlapping merupakan pilihan paling optimal dalam percepatan proyek berskala besar. Implikasi praktisnya, kontraktor dan pemilik proyek dapat menghemat waktu hampir satu tahun dengan tambahan biaya yang relatif kecil, sehingga risiko keterlambatan lebih lanjut dapat ditekan. Bagi pengambil kebijakan, hasil ini menunjukkan perlunya dukungan regulasi dan pengendalian mutu yang lebih adaptif agar strategi percepatan dapat diimplementasikan tanpa mengurangi keselamatan maupun kualitas konstruksi. Dari perspektif tata ruang, percepatan penyelesaian bendungan mempercepat pula penyediaan infrastruktur dasar yang mendukung produktivitas pertanian, ketahanan air, dan pengembangan wilayah.Kata kunci: Crashing; Overlapping; Bendungan Tigadihaji AbstractThe Tigadihaji Dam is a strategic infrastructure for irrigation, raw water supply, hydroelectric power (PLTA), and flood control in South Sumatra. Package 1 of the project has encountered significant delays, necessitating effective acceleration strategies. This study aims to evaluate three acceleration alternatives: crashing (adding work hours/overtime), overlapping (modifying inter-activity relationships), and their combination, measuring impacts on project duration and cost. The analysis uses the Critical Path Method (CPM) based on contractual scheduling and cost data. Acceleration is measured as the difference in total project duration and changes in direct and indirect costs. Results show that crashing can reduce the project duration by 191 days with a cost saving of approximately Rp2.45 billion. The overlapping method accelerates the schedule by 115 days with savings of Rp2.05 billion. The combination strategy achieves the best result: 321 days of acceleration with efficiency of Rp4.76 billion. These findings confirm that the combination of crashing and overlapping is the optimal method for accelerating large-scale projects. In practice, contractors and project owners can save almost one year with relatively modest additional costs, thereby mitigating further delay risks. For policymakers, these results indicate the need for adaptive regulation and quality control so that acceleration strategies can be implemented without compromising safety or construction quality. From a spatial planning perspective, accelerated completion of the dam also speeds up the provision of basic infrastructure that supports agricultural productivity, water security, and regional development.Keywords: Crashing; Overlapping; Tigadihaji Dam
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025