Fenomena anak-anak menjadi pedagang asongan banyak dijumpai di kota-kota besar, termasuk di Kabupaten Karawang, di mana anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecil justru menghabiskan waktunya di jalan untuk berjualan. Penelitian ini bertujuan mengungkap motif, makna, serta pengalaman komunikasi pedagang asongan anak dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif sebab anak berdagang adalah keinginan diri sendiri, sedangkan motif tujuan meliputi membantu orang tua, menambah modal, memenuhi kebutuhan, dan menabung. Makna yang dirasakan anak adalah kebanggaan, sumber kehidupan, serta hiburan. Pengalaman komunikasi turut memengaruhi keputusan mereka, yang terbagi menjadi positif dan negatif. Pengalaman positif mencakup pertemanan dengan sesama pedagang, dukungan teman sekolah, serta hubungan baik dengan atasan, sedangkan pengalaman negatif meliputi perceraian orang tua, keterbatasan komunikasi, perundungan, penolakan lingkungan, serta upaya menyembunyikan identitas sebagai pedagang asongan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025