Fenomena budaya populer Korea (K-Pop) telah menjadi salah satu kekuatan simbolik yang memengaruhi gaya hidup dan konsumsi generasi muda Indonesia. Pengaruh tersebut membawa nilai-nilai individualisme dan konsumerisme yang berpotensi mengikis identitas budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi penguatan budaya Rasulan sebagai bentuk kearifan lokal dalam menghadapi ancaman konsumerisme budaya populer. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus di Kabupaten Gunungkidul. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur, observasi nonpartisipan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Rasulan mengandung nilai kolektivitas, spiritualitas, dan solidaritas sosial yang strategis untuk dijadikan benteng ketahanan budaya. Strategi penanggulangan dilakukan melalui revitalisasi tradisi, perlibatan generasi muda, serta penggunaan media digital sebagai sarana kampanye budaya lokal. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa penguatan budaya lokal berbasis kearifan tradisional dapat menjadi langkah efektif memperkuat ketahanan nasional dari ancaman simbolik dan ideologis non-tradisional.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025