Infeksi kecacingan umumnya disebabkan oleh nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah, yang dikenal sebagai Soil-Transmitted Helminths (STH). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2023, sekitar 1,5 miliar orang, atau sekitar 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing STH.. Gold standar pada pemeriksaan telur cacing STH yang biasa digunakan yaitu metode natif (kualitatif), dikarenakan memiliki kelebihan sensitif, murah, mudah dan cepat. Metode natif dapat menggunakan pewarna eosin 2% dengan tujuan menilai morfologi telur cacing dalam sediaan. Bayam Merah (Amaranthus tricolor L) mengandung betasianin dan antosianin, yang berfungsi sebagai pewarna alami alternatif pengganti eosin 2%. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil sediaan telur cacing STH yang diwarnai menggunakan pewarna alami ekstrak bayam merah yang disimpan selama 5, 7, dan 10 hari pada suhu dingin, dengan pewarna eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan setiap sediaan diberi 3 perlakuan yang berbeda. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS uji Shapiro wilk untuk uji normalitas kemudian dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil didapatkan bahwa ekstrak daun bayam merah memiliki potensi sebagai pewarna alami untuk identifikasi mikroskopis telur cacing, meskipun efektivitasnya menurun seiring waktu akibat degradasi antosianin. Stabilitas warna ekstrak bayam merah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan paparan cahaya, sehingga penggunaannya paling efektif dalam jangka waktu pendek. Disimpulkan bahwa pewarna ekstrak bayam merah cukup baik untuk pewarnaan sediaan telur cacing STH. Penyimpanan ekstrak bayam merah yang disarankan adalah selama 5 hari pada suhu dingin (4°C).
Copyrights © 2025