Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perbandingn Jumlah Eritrosit, Trombosit Mode Whole Blood dan Prediluted Menggunakan Hematology Analyzer Murtitono, Murtitono; Astuti, Tri Dyah; Solikah, Monika Putri
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 11 No 1 (2024): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v11i1.1062

Abstract

Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan dalam menunjang diagnosis salah satunya pemerksaan eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan metode otomatis hematology analyzer. Alat ini memiliki 2 mode yaitu whole blood dan prediluted. Mode whole blood digunakan ketika sampel darah yang digunakan minimal 1 mL dan mode prediluted digunakan minimal sampel 20 µL (kesulitan dalam pengambilan sampel). Tujuan penelitian untuk membandingkan jumlah eritrosit, trombosit mode whole blood dan prediluted menggunakan hematology analyzer. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini yaitu pasien yang melakukan pemeriksaan darah lengkap di Puskesmas Pengasih II. Sampel dilakukan pemeriksaan menggunakan kedua mode, kemudian data dianalisis menggunakan uji paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada parameter eritrosit didapatkan nilai rata rata mode whole blood dan prediluted yaitu 4,5577 dan 4,2397. Nilai sig uji paired t-test yaitu 0,00 (<0,05). Pada parameter trombosit didapatkan nilai rata rata mode whole blood dan prediluted yaitu 291700 dan 278133,33. Nilai sig uji paired t-test yaitu 0,01 (<0,05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah sel eritrosit, trombosit mode whole blood dan prediluted, namun tidak mempengaruhi interpretasi hasil pemeriksaan.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR USIA & JENIS KELAMIN TERHADAP PENINGKATAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YAUSAKOR PAPUA SELATAN Safi, Siti Rahma; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.33657

Abstract

Malaria disebabkan gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit Plasmodium sp di dalamnya. Penyakit malaria berada diseluruh dunia, terutama diwilayah tropis dan subtropis. Kabupaten asmat adalah daerah endemik malaria yang ada di wilayah provinsi papua selatan yang adalah penyumbang kasus malaria. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor usia & jenis kelamin terhadap peningkatan penyakit malaria penyebab infeksi parasit Plasmodium di wilayah kerja Puskesmas Yausakor Papua Selatan. Jenis penelitian yang digunakan ialah kuantitatif dengan jenis deskriptif cross sectional. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh data pasien positif malaria di Puskesmas Yausakor, Kabupaten Asmat, Papua Selatan Oktober-Desember tahun 2023. Hasil penelitian uji distribusi frekuensi berdasarkan usia sebagian besar pasien positif malaria pada rentang usia 26-45 sejumlah 30 orang dengan presentase (33,3%). Dan berdasarkan jenis kelamin pasien positif malaria berjenis kelamin laki-laki sejumlah 50 orang dengan presentase (55,6%). Berdasarkan uji Chi Square hasil menunjukan antara faktor usia dan jenis kelamin tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kasus malaria yang didapat nilai p-value senilai 0,099 > (0,05) dan pada jenis kelamin didapat nilai p-value senilai 0,255 > (0,05). Berdasarkan jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan ialah plasmodium falciparum (tropika) sejumlah 41 kasus dengan presentase (45,6%). Berdasarkan insidensi tiap bulan Oktober sampai Desember tahun 2023 kasus tertinggi didominasi pada bulan November sejumlah 36 kasus.
Quality Control Inspection Results Platelets and Leukocytes Based on the Westgard Rule and Six Sigma at Rs Pku Muhammadiyah Bantul Putri, Oktavia Amanda; Ratih, Woro Umi; Solikah, Monika Putri
Journal of Social Science Vol. 5 No. 4 (2024): Journal of Social Science
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jss.v5i4.882

Abstract

Internal Quality Consolidation (PMI) is a preventive and monitoring activity carried out by each laboratory continuously so that errors or deviations do not occur so that correct inspection results are obtained, one of which is carrying out quality control (QC) using the Westgard Rule and Six Sigma . The Westgard rule is used to see whether there are analytical errors that occur with the 12 S , 13 S , 22 S , R4 S , 41 S , 10 X series of rules . Six sigma is used to assess the quality of a laboratory's performance by looking at the minimum sigma value level with a value of 3? and a maximum of ?6?. This research aims to evaluate quality control (QC) results including accuracy, precision, Levey-Jennings control charts based on the Westgard rule , as well as six sigma values along with DPMO. The research method used was a quantitative descriptive method using secondary data from the results of examination of platelet and leukocyte control materials in January, February and March 2024. The calculation results from the accuracy (d%) and precision (CV%) values of platelet examination were 5.18% and 3.32%, while the leukocyte examination was -3.08% and 0.97%. Evaluation with the Westgard rule in platelet examination gets the 12s, 13s, 22s and 10x rules, while leukocyte examination gets the 12s and 13s rules. The six sigma and DPMO values for platelet examination were 5.97 and 5.4, 4.26 and 3.467, 4.71 and 687 while leukocyte examination were 18.64 and 0.001, 7.01 and 0.019, 9.6 and 0.001. This research can It was concluded that the examination of platelets and leukocytes had good accuracy and precision, there were control values that followed the Westgard rule , as well as six sigma values ? 3? and DPMO ?66.807.
PERBANDINGAN KUALITAS TELUR STH MENGGUNAKAN VARIASI PELARUT ETANOL DAN AQUADES PADA EKSTRAK UBI UNGU (Ipomea batatas poiret) Hermawan Kamiyani, Eko; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.46167

Abstract

Tahun 2023, Data dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa populasi orang di dunia yang mengalami infeksi parasit STH sudah mencapai sekitar 24% atau 1,5 milliar. Identifikasi telur cacing menggunakan metode natif (direct slide) biasanya menggunakan pewarna eosin 2% agar mempermudah identifikasi. Ubi ungu dapat digunakan sebagai pewarna alternatif sebelumnya dijadikan sebagai ekstrak. Pembuatan ekstrak ubi ungu harus memperhatikan pelarut yang digunakan. Pemilihan jenis pelarut dapat mempengaruhi senyawa yang diekstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kualitas hasil pemeriksaan telur STH menggunakan variasi pelarut pada esktrak ubi ungu (Ipomea batatas poiret). Penelitian ini adalah penelitian eksperimental bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini ialah sampel feses yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang. Sampel penelitian ini yaitu feses positif telur cacing STH. Variabel bebas dalam penelitian yaitu variasi pelarut etanol dan aquades pada ekstrak ubi ungu (Ipomea batatas poiret). Variabel terikat yaitu telur cacing Soil transmitted helminth (STH). Hasil yang didapatkan yakni ekstrak ubi ungu pelarut aquades memiliki nilai mean rank yang hampir mendekati eosin sedangkan ekstrak ubi ungu pelarut etanol memiliki nilai mean rank yang paling rendah. Kualitas pewarnaan ekstrak ubi ungu pelarut aquades lebih baik dibandingkan ekstrak ubi ungu pelarut etanol.
PERBANDINGAN PEWARNAAN TELUR STH MENGGUNAKAN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) PADA SUHU DINGIN SELAMA PENYIMPANAN Khusna, Nilna Khilwatul; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48020

Abstract

Infeksi kecacingan umumnya disebabkan oleh nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah, yang dikenal sebagai Soil-Transmitted Helminths (STH). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2023, sekitar 1,5 miliar orang, atau sekitar 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing STH.. Gold standar pada pemeriksaan telur cacing STH yang biasa digunakan yaitu metode natif (kualitatif), dikarenakan memiliki kelebihan sensitif, murah, mudah dan cepat. Metode natif dapat menggunakan pewarna eosin 2% dengan tujuan menilai morfologi telur cacing dalam sediaan. Bayam Merah (Amaranthus tricolor L) mengandung betasianin dan antosianin, yang berfungsi sebagai pewarna alami alternatif pengganti eosin 2%. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil sediaan telur cacing STH yang diwarnai menggunakan pewarna alami ekstrak bayam merah yang disimpan selama 5, 7, dan 10 hari pada suhu dingin, dengan pewarna eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan setiap sediaan diberi 3 perlakuan yang berbeda. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS uji Shapiro wilk untuk uji normalitas kemudian dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil didapatkan bahwa ekstrak daun bayam merah memiliki potensi sebagai pewarna alami untuk identifikasi mikroskopis telur cacing, meskipun efektivitasnya menurun seiring waktu akibat degradasi antosianin. Stabilitas warna ekstrak bayam merah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan paparan cahaya, sehingga penggunaannya paling efektif dalam jangka waktu pendek. Disimpulkan bahwa pewarna ekstrak bayam merah cukup baik untuk pewarnaan sediaan telur cacing STH. Penyimpanan ekstrak bayam merah yang disarankan adalah selama 5 hari pada suhu dingin (4°C).
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN VARIASI PENGENCERAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PENGGANTI EOSIN 2% Montoya, Pablo; Solikah, Monika Putri; Irfani, Farida Noor
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48077

Abstract

Kecacingan merupakan kondisi kesehatan yang terjadi ketika organisme parasit berupa cacing masuk dan berkembang biak di dalam tubuh manusia sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan tertentu. Manusia menjadi tempat tinggal utama (hospes definitif) bagi berbagai jenis cacing dikarenakan ditemukannya telur dalam sampel tinja yang terinfeksi. Metode pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan mikroskopik metode natif (direct slide) dengan menggunakan pewarna Eosin 2%. Kulit buah naga termasuk dalam jenis pewarna alternatif yang mampu dimanfaatkan sebagai pewarna yang bersifat ramah lingkungan karna memiliki kandungan zat pigmen warna antosianin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas sediaan telur cacing STH dengan metode natif (direct slide) menggunakan pewarna ekstrak kulit buah naga dan Eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini merupakan sampel feses yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang, sedangkan sampel penelitian ini yaitu sampel feses positif telur cacing STH yang dibuat 30 preparat dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Metode analisis data diuji dengan SPSS menggunakan uji normalitas dan uji Kruskal Wallis. Hasil yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (1:1, 1:3, 1:5, 1:7, 1:9) dengan demikian pemberian ekstrak kulit buah naga pada masing-masing kelompok memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil penilaian. Disimpulkan bahwa kualitas ekstrak kulit buah naga dapat dijadikan pewarna alternatif Eosin 2%. Perbandingan 1:1 merupakan kualitas yang hampir mendekati pewarna Eosin 2%.
EFEKTIVITAS METODE FLOTASI MENGGUNAKAN LARUTAN MGSO4 DAN NACL DALAM IDENTIFIKASI TELUR STH Rahmadani, Fitri; Solikah, Monika Putri; Martuti, Sri
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48086

Abstract

Infeksi parasit usus salah satu penyakit yang sering di jumpai di kalangan masyarakat namun kurang mendapatkan perhatian. Infeksi telur cacing Soil Transmitted Helminth disebabkan oleh kelompok cacing usus seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale.  Menurut pravelensi survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 kecacingan di Indonesia berkisar 60%-90% Infeksi cacing usus berkembang sebanyak 12% terutama terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Usia 5-10 tahun menjadi puncak kejadian secara epidemiologis. Pemeriksaan cacing STH dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode flotasi, sedimentasi dan direct slide merupakan penelitian kualitatif, sedangkan metode Kato-katz dan metode stoll merupakan penelitian kuantitatif. Metode flotasi yang didasarkan perbedaaan berat jenis larutan dan berat jenis telur yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas metode flotasi menggunakan larutan MgSO4 jenuh 35% dan larutan NaCl jenuh 35% untuk identifikasi telur cacing Soil Transmitted Helminth (STH). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan desain deskriptif kuantitatif dengan setiap sediaan diberi 3 perlakuan yang berbeda yaitu menggunakan larutan MgSO4 jenuh 35%, larutan NaCl jenuh 35% dan kontrol positif. Data yang diperoleh menggunakan SPSS Uji Shapiro wilk untuk normalitas dan dilanjutkan menggunakan Uji Kruskal-wallis. Hasil yang didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan larutan MgSO4 jenuh 35% dan NaCl jenuh 35% pada proses pengapungan telur cacing Soil Transmitted Helminth. Disimpulkan bahwa larutan NaCl jenuh 35% lebih baik dari MgSo4 jenuh 35% menggunakan metode flotasi.  
PERBANDINGAN KUALITAS TELUR CACING STH MENGUNAKAN PEWARNAAN EOSIN 2% DAN PEWARNAAN PERASAN KULIT BUAH MANGGIS Wahyuni, Lestari Mega; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48108

Abstract

Helminthiasis cacing yang disebabkan oleh nematoda usus umumnya bersifat asimtomatik. Penularannya terjadi melalui telur cacing yang termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminths (STH), dengan tanah sebagai media perantara. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2023, sekitar 1,5 miliar orang di seluruh dunia setara dengan 24% dari total populasi global yang diperkirakan terinfeksi cacing STH. Di Indonesia, survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa tingkat prevalensi infeksi cacing pada anak-anak di beberapa provinsi berada pada kisaran 60% hingga 90%. Dalam pemeriksaan mikroskopis terhadap telur cacing STH, eosin 2% merupakan pewarna yang umum digunakan. Namun, seiring meningkatnya minat terhadap bahan yang ramah lingkungan, ekstrak kulit buah manggis berpotensi menjadi alternatif pewarna alami. Kulit buah manggis mengandung senyawa bioaktif seperti antosianin, alkaloid, dan pigmen alami yang mampu menghasilkan warna merah bata, sehingga memiliki karakteristik yang sesuai untuk digunakan sebagai zat pewarna mikroskopis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas pewarnaan antara eosin 2% dan ekstrak kulit buah manggis dalam visualisasi telur cacing STH. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan memberikan empat jenis perlakuan pewarnaan pada sediaan menggunakan kedua jenis pewarna. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS, diawali dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pewarnaan menggunakan ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 25% memberikan kualitas visualisasi telur cacing yang cukup baik. Dengan demikian, meskipun efektivitasnya belum sepenuhnya setara dengan eosin 2%, ekstrak kulit buah manggis memiliki potensi sebagai pewarna alami alternatif dalam pemeriksaan mikroskopis telur cacing STH.
PERBEDAAN KADAR TROMBOSIT PADA PASIEN TERINFEKSI PARASIT Plasmodium falciparum DAN Plasmodium vivax DI PUSKESMAS PASAR SENTRAL TIMIKA PAPUA Sakka Putri, Lilis; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48709

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar trombosit pada pasien berdasarkan jenis Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, karakteristik pasien Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax bedasarkan usia, dan karakteristik pasien Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Pasar Sentral Timika Papua. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,teknik pengambilan sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan Teknik Purposive sampling. Hasil yang telah didapatkan berdasarkan usia pada pasien Plasmodium falciparum jumlah terbanyak diusia dewasa 18 – 59 tahun dengan banyak 53 responden, sedangkan pasien Plasmodium vivax jumlah terbanyak diusia dewasa 18 – 59 tahun dengan banyak 55 responden, berdasarkan jenis kelamin pada pasien Plasmodium falciparum jumlah terbanyak pada responden jenis kealmin laki – laki dengan jumlah 70 responden, sedangkan pasien Plasmodium vivax jumlah terbanyak pada responden jenis kelamin laki – laki dengan jumlah 67 responden, kemudian berdasarkan jumlah trombosit pada pasien Plasmodium falciparum untuk kategori normal (150.000 – 450.000/mm3) sebanyak 14 responden, dan trombositopenia (< 150.000/mm3) sebanyak 86 responden, sedangkan jumlah trombosit pada pasien Plasmodium vivax untuk kategori normal 150.000 – 450.000/mm3) sebanyak 49 responden, dan trombositopenia (< 150.000/mm3) sebanyak 51 responden. Kesimpulan dalam penelitian terdapat perbedaan kadar trombosit pada pasien terinfeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax di Puskesmas Pasar Sentral Timika Papua dengan jumlah trombosit rata – rata 113,15% pada Plasmodium falciparum kadar trombosit rata - rata 149,71% pada Plasmodium vivax.