Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Profil Penguasaan Literasi Sains Berdasarkan Kerangka PISA (Programme for International Student Assessment) Pada Siswa SMP Negeri Se-Kota Semarang Tahun 2022 Saptaningrum, Ernawati; Nuvitalia, Duwi; Kurniawan, Affandi Faisal; Putri, Novita Eka
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika Vol 14, No 2 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jp2f.v14i2.15482

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan penguasaan literasi sains yang dimiliki siswa SMP Negeri kelas VIII di Kota Semarang dalam menyelesaikan soal-soal sains menurut PISA. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 379 siswa kelas VIII pada 15 dari 45 SMP Negeri yang ada di Kota Semarang dengan teknik purposive sampling yang termasuk dalam kelompok probability sampling. Teknik pengumpulan data yaitu secara daring menggunakan metode soal tes melalui google form dan secara luring metode soal tes diberikan menggunakan soal pada kertas. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya kemampuan penguasaan literasi sains siswa SMP Negeri di Kota Semarang pada kelas VIII menurut PISA memiliki kategori sedang. Dimana secara keseluruhan masing-masing tiap level soal literasi sains memiliki perbedaan skor yang cukup signifikan sehingga literasi sains siswa SMP Negeri di Kota Semarang memiliki kelemahan yaitu pada level 4, 5 dan 6. Level literasi sains yang memiliki skor tertinggi yaitu pada level 1 dengan perolehan sebesar 49%, level 2 dengan skor 46%, level 3 58%, level 4 36%, level 5 41%, dan level 6 34%. Skor pada tiap level terdapat perbedaan karena berbedanya jumlah soal dan jenis soal pada setiap levelnya. Kemampuan penguasaan literasi sains pada siswa SMP Negeri di Kota Semarang termasuk dalam ketegori sedang merupakan salah satu penyebab dari menurunnya nilai rata-rata UN SMP Negeri di Kota Semarang tahun 2019 dan menurunnya kemampuan literasi sains menurut PISA 2015/2018.
RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti TERHADAP CYPERMETHRIN DI KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH Irawati, Nur Bebi Ulfah; Putri, Novita Eka
Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 15 No 1 (2021)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/rj.v15i1.2608

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a global health problem. The Aedes aegypti mosquito transmits DHF, so vector control is an effective strategy in disease prevention. One of the insecticides that have long been used in the Klaten Regency is cypermethrin. However, cases of DHF have been reported to have fluctuated over the past ten years. This study aims to determine the resistance of Ae.aegypti against cypermethrin. Ae.aegypti was obtained from three endemic sub-districts with the highest Ceper District cases, then colonized to the first generation (F1). The CDC bottle bioassay method was applied to determine mosquitoes' resistance status to cypermethrin at a dose of 10 µg/ml. The results showed that cypermethrin resistance was found in all samples, from moderate to resistant levels. One sub-district sample showed resistance to cypermethrin (89% mortality after 30 minutes). Two sub-district else showed moderate resistance status (97% mortality after 30 minutes). The continuous use of the insecticide cypermethrin has had a resistance impact on the dengue vector. Community participation in eradicating breeding places is the main form of DHF control and insecticides with various active ingredients.
Identifikasi Telur Cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura pada Kuku Petugas Pengangkut Sampah di TPA Piyungan Bantul Yogyakarta Janah, Tiya Koriyatul; Putri, Novita Eka
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 7 No. 3 (2023): Desember 2023
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v7i3.10902

Abstract

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah suatu kelompok parasit nematoda yang menyebabkan infeksi pada manusia melalui kontak dengan telur parasit atau larva yang berkembang di dalam tanah sebagai siklus hidupnya. Spesies cacing yang termasuk dalam Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus), dan Strongyloides stercolaris. Penyakit ini merupakan masalah Kesehatan yang bersifat kronis dan tidak menimbulkan gejala yang bermakna sehingga termasuk ke dalam penyakit yang terabaikan. Beberapa faktor resiko masuknya cacing Soil Transmitted Helminths (STH) ke dalam tubuh manusia adalah personal hygiene yang buruk akibat tidak terbiasa memelihara kebersihan kuku tangan dan kaki dengan benar, juga kontak langsung dengan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura pada kuku petugas pengangkut sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Bantul Yogyakarta dengan teknik Purposive sampling dan didapatkan sebanyak 24 responden, kemudian dilakukan pemeriksaan metode sedimentasi untuk melihat telur cacing di Laboratorium Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 5 (20,8%) responden yang terinfeksi Soil transmitted helminths pada kuku tangan, dengan infeksi Ascaris lumbricoides (16,7%) dan Trichuris trichiura (4,2%) dan sebanyak 1 (4,2%) responden yang terinfeksi Trichuris trichiura (4,2%) pada kuku kaki. Hasil uji chi-square menunjukan tidak ada hubungan signifikan kejadian infeksi cacing dengan personal hygiene, APD dan masa kerja.
IDENTIFIKASI CACING STH DAN PROTOZOA USUS PADA ANAK USIA DINI DI DESA KESAWEN, KECAMATAN PITURUH, KABUPATEN PURWOREJO Primadani, Assyifa Mutiara; Putri, Novita Eka; Solikhah, Monika Putri
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.33408

Abstract

Masalah kesehatan masyarakat yang serius merupakan infeksi yang diakibatkan cacing yang menular lewat tanah atau STH, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hookworm (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), Trichuris trichura, dan Ascaris lumbricoides merupakan penyebab kecacingan yang menular melalui tanah. Dikarenakan anak-anak lebih sering bersentuhan dengan tanah daripada sumber infeksi lainnya, infeksi protozoa usus terus menjadi ancaman serius tetapi sering diabaikan terhadap kesehatan masyarakat sampai timbul komplikasi serius atau kronis. Banyak dari infeksi ini juga biasanya tidak menampakkan gejala atau hanya menampakkan gejala ringan. Diagnosis pemeriksaan kecacingan dilakukan dengan metode natif dengan pewarnaan Eosin 2% namun, eosin memiliki kelemahan yang menggunakan eosin bersifat karsiogenik apabila digunakan dalam jangka panjang dan relatif mahal. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental. Metode ini yaitu penelitian bersifat kualitatif dan desain penelitian pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel feses. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1 sampel yang positif STH berjenis Ascaris lumbricoides sedangkan 24 sampel lainnya tidak terinfeksi cacing STH sedangkan hasil protozoa usus menunjuukan 25 sampel tidak terinfeksi atau negatif. Simpulan: Menurut kesimpulan penelitian, hasil pemeriksaan menggunakan metode natif (direct slide) hasil sangat terlihat jelas dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR USIA & JENIS KELAMIN TERHADAP PENINGKATAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YAUSAKOR PAPUA SELATAN Safi, Siti Rahma; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.33657

Abstract

Malaria disebabkan gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit Plasmodium sp di dalamnya. Penyakit malaria berada diseluruh dunia, terutama diwilayah tropis dan subtropis. Kabupaten asmat adalah daerah endemik malaria yang ada di wilayah provinsi papua selatan yang adalah penyumbang kasus malaria. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor usia & jenis kelamin terhadap peningkatan penyakit malaria penyebab infeksi parasit Plasmodium di wilayah kerja Puskesmas Yausakor Papua Selatan. Jenis penelitian yang digunakan ialah kuantitatif dengan jenis deskriptif cross sectional. Populasi pada penelitian ini ialah seluruh data pasien positif malaria di Puskesmas Yausakor, Kabupaten Asmat, Papua Selatan Oktober-Desember tahun 2023. Hasil penelitian uji distribusi frekuensi berdasarkan usia sebagian besar pasien positif malaria pada rentang usia 26-45 sejumlah 30 orang dengan presentase (33,3%). Dan berdasarkan jenis kelamin pasien positif malaria berjenis kelamin laki-laki sejumlah 50 orang dengan presentase (55,6%). Berdasarkan uji Chi Square hasil menunjukan antara faktor usia dan jenis kelamin tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kasus malaria yang didapat nilai p-value senilai 0,099 > (0,05) dan pada jenis kelamin didapat nilai p-value senilai 0,255 > (0,05). Berdasarkan jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan ialah plasmodium falciparum (tropika) sejumlah 41 kasus dengan presentase (45,6%). Berdasarkan insidensi tiap bulan Oktober sampai Desember tahun 2023 kasus tertinggi didominasi pada bulan November sejumlah 36 kasus.
IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK ANOPHELES SEBAGAI VEKTOR MALARIA DI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO Dewi, Sinta; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34431

Abstract

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (Protozoa) dari genus Plasmodium, yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit malaria secara alamiah menular dari gigitan nyamuk betina yaitu Anopheles sebagai vektor nya, tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi larva nyamuk Anopheles  pada tempat perindukan nyamuk, mengetahui kepadatan larva nyamuk di Kecamatan Samigaluh serta mengetahui kecamatan samigaluh masih berisiko mengalami kejadian malaria . Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan desain Cross  Sectional, populasi pada penelitian ini adalah seluruh tempat perindukan larva nyamuk Anopheles, sampel pada penelitian ini adalah berupa semua larva nyamuk Anopheles ditempat perindukan, metode sampling pada penelitan ini adalah menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk gambar dan tabel dengan menggunakan rumus untuk menghitung kepadatan larva, hasil penelitian larva Anopheles hanya di temukan tiga ekor untuk dua kali pencidukan, larva Anopheles ditemukan di genangan air yang sama saat pencidukan pertama dan kedua. Banyak ditemukan larva nyamuk Culex di karenakan tempat perindukan yang sama di luar rumah. Kepadatan larva tertinggi dengan dihitung semua larva antara Culex dan Anopheles ada di genangan air dengan kepadatan larva 5,22. Kepadatan larva Anopheles pada sungai yang ditemukan satu ekor larva yaitu 0,025 sedangkan pada genangan air diperoleh dua larva dengan hitung kepadatan larva yaitu 0,05. Kecamatan Samigaluh Kelurahan Banjarsari Padukuhan Kaliwunglon tahun 2024 tidak berisiko malaria tetapi tidak menutup kemungkinan malaria bisa terjadi.
THE SENSITIVITY AND SPECIFICITY OF FLOTATION AND SEDIMENTATION METHODS FOR SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS (STH) IN THE FECES OF VEGETABLE FARMERS IN NGAGLIK DISTRICT, YOGYAKARTA Pratiwi, Cyntia Rizkiana; Putri, Novita Eka
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram Vol. 10 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Politeknik Medica Farma Husada Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33651/jpkik.v10i2.572

Abstract

Worm infection is a public health problem due to poor sanitation and behavior, and it can affect various age groups and professions, including vegetable farmers. Ngaglik Subdistrict is an area with water absorption, making it susceptible to becoming a center for the development of Soil-Transmitted Helminths (STH). STH detection can be done through laboratory examinations using flotation and sedimentation methods. The research aimed to determine the differences in sensitivity and specificity between the flotation and sedimentation methods for STH detection in vegetable farmers in Ngaglik District, Yogyakarta. The research method used was analytical observational with a cross-sectional approach, utilizing interview data and laboratory examinations. Random sampling was used, resulting in 18 samples. The research findings of 18 fecal samples using two testing methods showed that 8 samples were positive for STH infection. Positive samples for the flotation and sedimentation methods were 4 (22.2%) and 5 samples (27.8%), respectively. The sensitivity of the flotation method was higher than that of sedimentation, namely 25% and 20%. The specificity of the flotation and sedimentation methods was 71.4% and 77%, respectively. The McNemar test results showed no significant difference in the sensitivity and specificity between the flotation and sedimentation methods (0.109 > 0.05%), indicating that both methods can be used for STH detection in a laboratory setting.
PERBANDINGAN KUALITAS TELUR STH MENGGUNAKAN VARIASI PELARUT ETANOL DAN AQUADES PADA EKSTRAK UBI UNGU (Ipomea batatas poiret) Hermawan Kamiyani, Eko; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.46167

Abstract

Tahun 2023, Data dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa populasi orang di dunia yang mengalami infeksi parasit STH sudah mencapai sekitar 24% atau 1,5 milliar. Identifikasi telur cacing menggunakan metode natif (direct slide) biasanya menggunakan pewarna eosin 2% agar mempermudah identifikasi. Ubi ungu dapat digunakan sebagai pewarna alternatif sebelumnya dijadikan sebagai ekstrak. Pembuatan ekstrak ubi ungu harus memperhatikan pelarut yang digunakan. Pemilihan jenis pelarut dapat mempengaruhi senyawa yang diekstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kualitas hasil pemeriksaan telur STH menggunakan variasi pelarut pada esktrak ubi ungu (Ipomea batatas poiret). Penelitian ini adalah penelitian eksperimental bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini ialah sampel feses yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang. Sampel penelitian ini yaitu feses positif telur cacing STH. Variabel bebas dalam penelitian yaitu variasi pelarut etanol dan aquades pada ekstrak ubi ungu (Ipomea batatas poiret). Variabel terikat yaitu telur cacing Soil transmitted helminth (STH). Hasil yang didapatkan yakni ekstrak ubi ungu pelarut aquades memiliki nilai mean rank yang hampir mendekati eosin sedangkan ekstrak ubi ungu pelarut etanol memiliki nilai mean rank yang paling rendah. Kualitas pewarnaan ekstrak ubi ungu pelarut aquades lebih baik dibandingkan ekstrak ubi ungu pelarut etanol.
PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN TELUR CACING SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) MENGGUNAKAN PEWARNAAN BAYAM MERAH PENYIMPANAN 0, 6 DAN 24 JAM Daeng Parany, Nurjana; Putri, Novita Eka; Putri, Widaninggar Rahma
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.47075

Abstract

Kecacingan merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang umum ditemukan di daerah tropis akibat infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) terutama cacing nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah. Diagnosis kecacingan umumnya menggunakan metode natif dengan pewarna eosin. Namun, eosin bersifat toksik sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Maka dari itu, dibutuhkan pewarna lain yang alami. Salah satu pewarna alami adalah bayam merah (Amaranthus tricolor L) dengan kandungan antosianin, senyawa pigmen merah yang bersifat antioksidan. Penelitian ini dilaksanakan agar mengetahui kualitas pewarnaan telur cacing STH mempergunakan pewarnaan alternatif bayam merah berdasarkan waktu penyimpanan pewarnaan. Penelitian bersifat eksperimental dengan desain Static Group Comparison. Sampel berupa feses positif telur cacing STH diuji menggunakan 6 kali pengulangan untuk masing-masing waktu penyimpanan 0, 6, dan 24 jam, serta dibandingkan dengan pewarnaan eosin 2%. Data dianalisis mempergunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann- U Whitney. Perolehan penelitian memperlihatkan adanya perbedaan signifikan antara pewarnaan bayam merah berdasarkan waktu penyimpanan 0, 6, dan 24 jam dengan nilai (p= 0,000 < 0,05). Namun, tidak ada perbedaan signifikan antara pewarnaan bayam merah 0 jam dan eosin 2% dengan nilai (p=1,000 > 0,05). Disimpulkan bahwa air perasan bayam merah penyimpanan 0 jam mempunyai kualitas yang baik dalam mewarnai telur cacing STH meskipun kualitasnya belum sebaik eosin 2%.
PERBANDINGAN PEWARNAAN TELUR STH MENGGUNAKAN BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) PADA SUHU DINGIN SELAMA PENYIMPANAN Khusna, Nilna Khilwatul; Solikah, Monika Putri; Putri, Novita Eka
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.48020

Abstract

Infeksi kecacingan umumnya disebabkan oleh nematoda usus yang penularannya terjadi melalui tanah, yang dikenal sebagai Soil-Transmitted Helminths (STH). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2023, sekitar 1,5 miliar orang, atau sekitar 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing STH.. Gold standar pada pemeriksaan telur cacing STH yang biasa digunakan yaitu metode natif (kualitatif), dikarenakan memiliki kelebihan sensitif, murah, mudah dan cepat. Metode natif dapat menggunakan pewarna eosin 2% dengan tujuan menilai morfologi telur cacing dalam sediaan. Bayam Merah (Amaranthus tricolor L) mengandung betasianin dan antosianin, yang berfungsi sebagai pewarna alami alternatif pengganti eosin 2%. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil sediaan telur cacing STH yang diwarnai menggunakan pewarna alami ekstrak bayam merah yang disimpan selama 5, 7, dan 10 hari pada suhu dingin, dengan pewarna eosin 2% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan setiap sediaan diberi 3 perlakuan yang berbeda. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS uji Shapiro wilk untuk uji normalitas kemudian dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil didapatkan bahwa ekstrak daun bayam merah memiliki potensi sebagai pewarna alami untuk identifikasi mikroskopis telur cacing, meskipun efektivitasnya menurun seiring waktu akibat degradasi antosianin. Stabilitas warna ekstrak bayam merah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan paparan cahaya, sehingga penggunaannya paling efektif dalam jangka waktu pendek. Disimpulkan bahwa pewarna ekstrak bayam merah cukup baik untuk pewarnaan sediaan telur cacing STH. Penyimpanan ekstrak bayam merah yang disarankan adalah selama 5 hari pada suhu dingin (4°C).