Desa Mulyosari, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, menghadapi tantangan lingkungan, keterbatasan pupuk, tingginya penggunaan pestisida, dan administrasi pesantren yang masih manual, yang berdampak pada kualitas lingkungan, produktivitas pertanian, dan efisiensi kelembagaan. Program pengabdian masyarakat ini menerapkan model Greenpreneurship untuk mengatasi masalah tersebut melalui inovasi limbah dan pertanian berkelanjutan. Kegiatan bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengubah sampah plastik menjadi paving block, memperkenalkan pupuk organik cair, menerapkan tanaman refugia untuk pengendalian hama secara alami, serta digitalisasi administrasi Pondok Pesantren Salafiyah Baitul Kirom. Metode pelaksanaan meliputi sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi tepat guna, pendampingan, dan evaluasi berkelanjutan. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan, berupa kemampuan pembuatan pupuk organik naik dari 16 persen menjadi 90 persen, pemahaman mengenai refugia dari 39 persen menjadi 96 persen, keterampilan pembuatan paving block dari 25 persen menjadi 92 persen, dan penguasaan administrasi digital pesantren dari 11 persen menjadi 98 persen. Program ini memperkuat kemandirian ekonomi, menjaga lingkungan, dan mendorong modernisasi kelembagaan pendidikan berbasis pesantren. Greenpreneurship Desa Mulyosari membuktikan bahwa sinergi teknologi tepat guna dan partisipasi masyarakat dapat menjadi model replikasi desa berkelanjutan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025