Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kembali posisi Pancasila dalam wacana publik kontemporer Indonesia yang cenderung reduktif dan simbolik. Dengan menggunakan pendekatan filsafat sosial dan metode historis-faktual, penelitian ini menelaah pemikiran Jürgen Habermas melalui perspektif hermeneutika filosofis, khususnya terkait konsep rasionalitas komunikatif dan ruang publik. Berbagai literatur primer yang ditulis Habermas, analisis filsuf lain dan berbagai pendapat ilmuwan sosial tentang Pancasila didialogkan dalam dimensi fusi horizon khas Gadamerian. Hasil analisis menunjukkan bahwa Pancasila menghadapi krisis makna, yakni keterputusan antara nilai-nilai dasarnya dan artikulasi dalam ruang diskursus demokratis yang inklusif dan partisipatif. Penulis menemukan modernitas telah mereduksi Pancasila menjadi ide yang tertutup. Temuan ini menekankan pentingnya membangun ulang komunikasi publik yang memungkinkan artikulasi nilai secara terbuka dan reflektif. Dalam kerangka ini pula, Pancasila direkomendasikan untuk dipahami sebagai konstruksi ideologis yang terbuka terhadap dialog, bukan sebagai doktrin normatif yang final. Penelitian ini menyarankan pendekatan komunikatif sebagai cara untuk memperkuat relevansi Pancasila di tengah tantangan sosial-politik masa kini.
Copyrights © 2025