Latar belakang penelitian ini muncul dari fenomena nyata di SD Negeri 3 Bugel, Jepara terdapat siswa yang kurang memiliki rasa keterbukaan pada dirinya dan siswa yang belum mampu mengekspresikan emosinya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti peran serta efisiensi layanan bimbingan dan konseling (BK) dalam menangani masalah emosional yang dihadapi siswa di sekolah dasar. Sehingga fenomena tersebut memerlukan layanan konseling yang lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan emosional siswa. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang melibatkan 16 siswa dan wali kelas. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara terstruktur yang meliputi pertanyaan dengan menggunakan teknik analisis verbatim, untuk menjaga keabsahan data, peneliti menerapkan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa mayoritas siswa (12 dari 16) merasa terbantu oleh layanan BK, yang menandakan efektivitasnya secara keseluruhan. Akan tetapi, interaksi antara siswa dan wali kelas masih sangat minim, dengan 15 siswa jarang membagikan masalah pribadi dan 13 siswa merasa tidak nyaman untuk melakukannya. Dalam menangani konflik dengan teman sebayanya, siswa cenderung memilih pendekatan komunikatif seperti berdialog (7 siswa), sementara yang lain memilih untuk menghindar (5 siswa), tetap tenang (6 siswa), atau bahkan merespons dengan agresif (3 siswa), yang mencerminkan variasi strategi pengaturan emosi. Lebih lanjut, saat mengalami kemarahan atau kesedihan, siswa biasanya lebih memilih untuk menghindari atau menahan emosi daripada mencari dukungan, dengan sangat sedikit yang dapat mengekspresikan perasaan mereka secara jelas. Penemuan ini menyoroti urgensi memperkuat jaringan dukungan emosional di sekolah dengan meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, serta penerapan layanan BK yang lebih proaktif dan penuh empati.
Copyrights © 2025