Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara Generasi Z dalam mengakses dan mengonsumsi informasi, terutama melalui media sosial seperti platform TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts. Fenomena ini melahirkan budaya baru yang dikenal sebagai scroll culture atau kebiasaan menggulir konten secara cepat dan terus-menerus. Studi ini bertujuan mengkaji dampak scroll culture terhadap daya konsentrasi Generasi Z dengan menggunakan metode literature review terhadap berbagai literatur ilmiah relevan, termasuk jurnal psikologi, studi neurosains, dan penelitian terkini di bidang media digital yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa scroll culture berkontribusi pada penurunan attention span, meningkatnya kecenderungan berpikir dangkal (shallow thinking), serta terjadinya overstimulasi otak akibat paparan informasi singkat yang terus-menerus. Dampak negatif ini mencakup menurunnya fokus belajar, produktivitas akademik, hingga kualitas tidur yang terganggu. Keterikatan emosional pada notifikasi dan fear of missing out (FOMO) dapat memperburuk kemampuan Generasi Z dalam mempertahankan konsentrasi secara mendalam. Scroll culture juga memperkuat pola perilaku adiktif yang memengaruhi kesehatan mental dan sosial mereka, terutama jika digunakan secara berlebihan tanpa kendali diri. Meskipun demikian, scroll culture memiliki potensi positif seperti peningkatan kreativitas, motivasi belajar, serta akses cepat terhadap intensif microlearning jika digunakan secara bijak dan terarah. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk mengelola kebiasaan digital mereka secara seimbang melalui pengaturan waktu penggunaan media sosial, digital detox, serta membiasakan diri dengan aktivitas yang melatih fokus, literasi digital, dan pemikiran reflektif secara konsisten. Dengan pengelolaan yang tepat, scroll culture dapat diubah menjadi alat edukatif yang mendukung proses pembelajaran, kreativitas, dan pengembangan diri di era digital.
Copyrights © 2025