Penelitian ini mengeksplorasi dimensi pemaknaan simbol Śiva Naṭarāja dalam seni pertunjukan wayang kulit Bali melalui pendekatan hermeneutika simbolik Paul Ricœur, semiotika triadik Charles Sanders Peirce, serta konsep estetika Hindu Bali (satyam, śiwam, sundaram). Kajian ini menyoroti keterbatasan studi sebelumnya yang cenderung bersifat visualistik-formalistik dan seremonial, tanpa mengelaborasi praksis simbolik secara performatif. Dengan metode kualitatifpartisipatoris melalui observasi langsung, wawancara mendalam, dan studi naskah lontar sapuh leger, kala purana serta dharma pawayangan. Penelitian ini menemukan bahwa simbol Śiva Naṭarāja tidak hanya direpresentasikan sebagai ikon, melainkan direfigurasi sebagai teks hidup (living text) yang teraktualisasi dalam praksis seni-ritual dalang. Sublimasi audiens terhadap estetika sundaram terwujud dalam harmoni visual, naratif, dan ritualistik yang membangkitkan taksu (energi performatif spiritual) sebagai medan aktualisasi makna kosmis. Penelitian ini merekomendasikan pendekatan transdisipliner dalam kajian estetika pertunjukan Bali yang mengintegrasikan dimensi religius, performatif, dan kosmologis secara utuh.
Copyrights © 2025