Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi sistem pengukuran tradisional yang digunakan oleh masyarakat Desa Nuabosi di Nusa Tenggara Timur dalam berbagai aspek kehidupan seperti pembangunan rumah adat, pembuatan kain tenun ikat, permainan tradisional, dan upacara adat. Menggunakan pendekatan kualitatif etnografi, penelitian ini mengungkap bagaimana satuan tidak baku berbasis antropometrik seperti jengkal, hasta, depa, dan langkah kaki tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan budaya dan identitas masyarakat. Hasil menunjukkan bahwa sistem pengukuran tradisional tidak hanya mencerminkan konsep matematika praktis, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan pendidikan yang relevan dengan konteks lokal. Meskipun alat ukur modern mulai diperkenalkan, sistem tradisional tetap memiliki peran penting dalam kegiatan adat dan kehidupan sehari-hari. Temuan ini mempertegas relevansi etnomatematika sebagai jembatan antara budaya dan pendidikan matematika kontekstual.
Copyrights © 2025