Penguatan kapasitas kader posyandu melalui pemanfaatan potensi pangan lokal merupakan strategi penting untuk menurunkan risiko gizi buruk pada balita. Desa Tempuran, Kabupaten Pasuruan, memiliki ketersediaan susu sapi segar dan durian montong yang selama ini belum diolah secara optimal. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif melalui enam tahapan, meliputi identifikasi masalah dan potensi lokal, perencanaan program, pelatihan pembuatan yoghurt dan permen susu–durian, psikoedukasi keluarga, pendampingan simulasi klinik psikologis, serta monitoring dan evaluasi. Analisis dilakukan dengan observasi lapangan, dokumentasi, serta uji pre-test dan post-test menggunakan paired sample t-test (α=0,05). Hasil menunjukkan bahwa kader posyandu yang mayoritas berusia produktif mampu meningkatkan keterampilan teknis dalam pasteurisasi susu, proses fermentasi yoghurt, serta pengolahan permen dengan pengendalian suhu kritis. Evaluasi daya terima menunjukkan produk berbasis susu–durian memiliki potensi diterima sebagai pangan fungsional. Selain itu, terjadi peningkatan signifikan pada pengetahuan kader, yaitu pemahaman family well-being dari 51,2% menjadi 84,3%, teknik komunikasi dari 53,5% menjadi 82,7%, dan strategi pendampingan gizi keluarga dari 52,1% menjadi 83,5%. Integrasi pelatihan pangan lokal dengan psikoedukasi dan simulasi klinik psikologis terbukti memperkuat kapasitas kader dalam mendukung gizi balita dan kesejahteraan keluarga. Peran sinergi produk susu–durian lokal dengan psikoedukasi kader mampu menjadi model pemberdayaan masyarakat yang relevan diterapkan di wilayah lain. Disarankan keberlanjutan program melalui pendampingan lanjutan serta pengembangan jejaring kemitraan untuk memperluas dampak pengabdian.
Copyrights © 2025