Anemia pada remaja putri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 32%. Kondisi ini berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, kognitif, dan reproduksi, serta prestasi belajar dan produktivitas. Deteksi anemia saat ini masih bergantung pada metode invasif, seperti digital hemoglobinometer, yang hanya mengukur kadar hemoglobin tanpa mengidentifikasi penyebab dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan efektivitas Formulir Skrining Anemia Remaja (FORSA) sebagai alat skrining non-invasif untuk mengidentifikasi risiko anemia pada remaja putri. Studi observasional dengan pendekatan potong lintang dilakukan terhadap 228 siswi dari dua SMA di Kota Malang yang dipilih secara purposive. Instrumen FORSA terdiri dari 34 pertanyaan mengenai gejala klinis dan faktor risiko anemia. Hasil FORSA dibandingkan dengan kadar hemoglobin yang diukur menggunakan digital hemoglobinometer sebagai standar emas. Prevalensi anemia ditemukan sebesar 29,8%. Skor FORSA memiliki hubungan yang signifikan dengan status anemia (p < 0,05), dengan sensitivitas 82%, spesifisitas 82%, nilai prediksi positif 74%, dan nilai prediksi negatif 82%. Faktor dominan yang memengaruhi skor FORSA dan status anemia meliputi kebiasaan melewatkan sarapan, pola menstruasi tidak teratur, dan rendahnya kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Kesimpulannya, FORSA merupakan instrumen yang valid dan efektif untuk skrining anemia berbasis komunitas, dan direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam program rutin di sekolah maupun fasilitas pelayanan kesehatan primer guna mendukung pencegahan anemia secara dini dan tepat sasaran.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025