Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

JUMLAH MONOSIT, KADAR INTERLEUKIN-6, DAN KADAR FAKTOR PENGHAMBAT MIGRASI MAKROFAG LEBIH TINGGI PADA KONDISI PREEKLAMPSIA DENGAN SEPSIS Rahardjo, Bambang; Mustofa, Edy; Sanggelorang, Margie Cassie; Wati, Linda Ratna
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 2 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.02.1

Abstract

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg, proteinuria, dan edema, yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Penyebab terjadinya preeklampsia tidak diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan terkait dengan respons inflamasi sistemik. Monosit dan makrofag yang telah distimulasi oleh endotoksin akan menghasilkan interleukin-6 (IL-6) yang dapat  memicu respons inflamasi berlebih, dan mungkin memainkan peran sentral dalam respons inflamasi pada preeklampsia dan sepsis.  Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan jumlah sel monosit, kadar IL-6, dan kadar macrophage migration inhibitory factors (MIF) pada preeklampsia dan preeklamsia dengan sepsis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Sampel darah dikumpulkan dari partisipan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan Bangil yang dikategorikan dalam kelompok normotensif, preeklampsia, dan preeklampsia dengan sepsis. Sel monosit dinilai pada hitung darah lengkap dengan metode flow cytometry. Kadar IL-6 dan kadar MIF dinilai menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sel monosit, kadar IL-6, dan MIF pada kelompok preeklampsia dengan sepsis secara signifikan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (p < 0,001) dan preeklampsia (p < 0,001).  Didapatkan hubungan yang signifikan antara jumlah monosit dengan  kadar IL-6 (r = 0,781; p < 0,001), jumlah monosit dengan kadar MIF (r = 0,798; p < 0,001), dan kadar IL-6 dengan kadar MIF (r = 0,654; p = 0,003)  pada kelompok preeklampsia dengan sepsis. Pada kondisi preeklamsia dengan sepsis, peningkatan jumlah sel monosit dan MIF dapat memicu peningkatan kadar IL-6.
Factors Affecting Cadres’ Knowledge and Ability to Identify Breastfeeding Problems in Malang District Wati, Linda Ratna; Indahwati, Lilik; Putri, Rismaina; Jannah, Miftahul; Windari, Era Nurisa; Hanifarizani, Rahma Dian
Journal of Midwifery Vol 9, No 1 (2024): Published on June 2024
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jom.9.1.26-35.2024

Abstract

Background: Breast milk is the ideal nutrient to support the growth and development of the baby. The government strives to increase exclusive breastfeeding, one of which is through the empowerment of cadres, so intensive efforts are needed to optimize the role of cadres in supporting exclusive breastfeeding. Objectives: This study aims to analyze factors related to the knowledge and ability of cadres in identifying breastfeeding problems. Methods: The research design used observational analytic with a cross-sectional approach. A total of 46 posyandu cadres in the Malang Regency area were involved in this research. Bivariate analysis using Spearman’s correlation with SPSS software version 26 and multivariate using path analysis with Smartpls software version 3. Results: The cadres' knowledge related to breast milk and breastfeeding is mostly sufficient (65.22%). The ability of cadres to identify the breastfeeding problems the most in the category is sufficient (63.04%). The pathway analysis showed that the factors that influenced knowledge were education (r=0.488) and breastfeeding experience (r=0.336), but age had a negative effect (r=-0.267). Factors that influenced the ability to identify breastfeeding problems were breastfeeding experience (r=0.542) and breastfeeding training history (r=0.469). Conclusions: Education and age are important factors in the recruitment of cadres, in addition, information and practices related to breast milk and breastfeeding obtained through experience and training are also needed to support exclusive breastfeeding.
Leaflet Lebih Efektif Meningkatkan Pemahaman Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Kombinasi Dibandingkan Dengan Video Edukasi Pada Akseptor KB di Puskesmas Bareng Kota Malang Rahmana, Rahima Azzahra; Norahmawati, Eviana; Wati, Linda Ratna
Journal of Issues in Midwifery Volume 8 No 3 Tahun 2024
Publisher : Journal of Issues in Midwifery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.JOIM.2024.008.03.1

Abstract

ABSTRACT Background: Based on Badan Pusat Statistik Data (2022) total acceptors of hormonal contraceptive pills in Malang is up to 14.580 women. Hormonal contraceptive pills are a contraceptive method that has to be consumed per-oral daily to give an effective result. Hormonal contraceptive usage could increase estrogen exposure to acceptors’ body, this exposure on the long term (usage > 3 years) could increase the risk of breast cancer. Knowing this risk, it is exceedingly needed for the acceptors to be given an education about how to use the hormonal contraceptive pills correctly. Leaflets and educational videos are proven to be effective to increase someone’s knowledge quiet well. Aim: to determine the difference in effectiveness between educational leaflets and videos on the understanding level of the use of combined hormonal contraceptive pills among family planning acceptors at Puskesmas Bareng Malang City. Method: an experimental research using comparison group design using Wilcoxon Matched Pairs Test. Result: After being provided with educational leaflets, there was an increase in understanding. The significance value obtained was p < 0.001 < α = 0.05. Similarly, using educational videos yielded the same value of p < 0.001 < α = 0.05. The Wilcoxon Signed Rank Test value indicates that there are 12 respondent values from the educational video group that are lower than the values of the leaflet group, with a mean rank of 10.54 and a sum of ranks of 126.50. The Asymp. Sig. (2-tailed) is 0.017 < 0.05, suggesting a significant difference in the effectiveness of education delivery between leaflets and educational videos. The use of leaflet educational media is more effective than educational videos. Conclusion: giving health education while using leaflet and educational video as the media is proven to significantly increase someone’s knowledge, with leaflet is slightly more significant to increase someone’s knowledge. Keywords: Hormonal Contraceptive Pill, Health Education, Leaflet, Educational Video, Women ABSTRAK Latar Belakang: Data Badan Pusat Statistik pada tahun (2022) menunjukkan bahwa jumlah akseptor kontrasepsi hormonal pil pada Kota Malang adalah sebanyak 14.580 jiwa. Kontrasepsi hormonal pil merupakan kontrasepsi yang harus dikonsumsi rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil yang efektif mencegah kehamilan. Pemakaian kontrasepsi hormonal meningkatkan paparan hormon estrogen pada tubuh, hal ini menyebabkan pil kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Melihat risiko yang berbahaya ini, maka penting untuk diadakan edukasi cara tepat penggunaan pil kontrasepsi hormonal. Leaflet dan video edukasi dapat meningkatkan pengatahuan seseorang dengan baik. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perbedaan efektivitas leaflet dan video edukasi terhadap tingkat pemahaman penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi pada akseptor KB di Puskesmas Bareng Kota Malang. Metode Penelitian: penelitian eksperimental menggunakan desain comparison group design diuji menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Hasil Penilitian: terjadi peningkatan pemahaman setelah diberikan edukasi leaflet nilai signifikansi yang didapatkan adalah sebesar p value = <0.001 < α=0.05 dan menggunakan video edukasi mendapatkan nilai yang sama yaitu sebesar p value= < 0.001 < α=0.05. Nilai Wilcoxon Sign Ranked Test menunjukkan ada 12 nilai responden dari kelompok video edukasi yang lebih rendah dari nilai kelompok leaflet dengan nilai mean rank 10.54 dan sum of rank 126.50. Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,017 < 0,05 dan dapat diartikan sebagai adanya perbedaan signifikansi pemberian edukasi menggunakan leaflet dan video edukasi, dengan penggunaan media edukasi leaflet lebih efektif dibandingkan dengan video edukasi. Kesimpulan: pemberian edukasi menggunakan leaflet dan video edukasi dapat meningkatkan pemahaman seseorang, leaflet sedikit lebih efektif dibandingkan video edukasi. Kata Kunci: Pil Kontrasepsi Hormonal, Sosialisasi Kesehatan, Leaflet, Video Edukasi, Wanita
IMPLEMENTATION STRATEGIES OF PATIENT SAFETY CULTURE IN MIDWIFERY CARE: A QUALITATIVE STUDY Masrochanah, Siti; Hariyanti, Tita; Wati, Linda Ratna
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 17 No 2 (2025): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v17i2.2875

Abstract

Keselamatan pasien merupakan elemen penting dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan, namun implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan, khususnya ruang kebidanan yang beresiko tinggi terhadap insiden ibu dan bayi seperti perdarahan karena kesalahan episiotomi, diperlukan strategi efektif di lingkungan kebidanan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi strategi implementasi budaya keselamatan pasien di RSUD X pada bulan Desember 2024 hingga Januari 2025. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Grounded Theory untuk mengeksplorasi strategi dalam implementasi budaya keselamatan pasien. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam tidak terstruktur yang dipilih secara purposive sampling dengan kriteria inklusi mampu berkomunikasi dengan baik, individu yang kaya informasi dan bersedia diwawancara, mendapatkan 9 orang informan terdiri dari 5 tenaga layanan kesehatan, 1 komite mutu, 2 manajemen, dan 1 pasien kebidanan. Kemudian dianalisis dengan tahapan open coding, axial coding, dan selective coding untuk mengidentifikasi tema. Penelitian ini menghasilkan enam tema yang saling berhubungan dalam klaster strategi untuk membangun budaya keselamatan pasien yaitu: peningkatan pengetahuan dan kapasitas tenaga kesehatan,  dinamika manajemen visioner melalui evaluasi dan reformasi sistem, penguatan profesionalisme dengan peningkatan etos kerja dan tanggung jawab kolektif, penguatan mitigasi risiko, percepatan kolaborasi strategis antara tenaga kesehatan dan manajemen serta pengembangan sistem pelaporan insiden. Implementasi strategi yang terintegrasi dan berbasis bukti sangat penting untuk memperkuat budaya keselamatan pasien. Dengan penerapan strategi yang tepat, RSUD X dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan mutu layanan kebidanan. Temuan ini juga dapat menjadi acuan bagi rumah sakit lain dengan karakteristik serupa.
CHALLENGES IN THE IMPLEMENTATION OF PATIENT SAFETY CULTURE IN THE MATERNITY WARD OF HOSPITAL X – A QUALITATIVE STUDY Masrochanah, Siti; Hariyanti, Tita; Wati, Linda Ratna
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 35 No. 3 (2025): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v35i3.3098

Abstract

Keselamatan pasien merupakan komponen kunci dalam menjamin mutu layanan kesehatan, namun penerapannya belum optimal, terutama di ruang kebidanan yang berisiko tinggi terhadap kejadian tidak diinginkan seperti kesalahan prosedur atau keterlambatan penanganan. Di RSUD X, survei budaya keselamatan pasien menunjukkan bahwa dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan  memiliki skor yang lemah dengan hanya 21,9% respons positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan dalam implementasi budaya keselamatan pasien. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode constructivist grounded theory, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam pada sembilan orang responden dengan komposisi lima staf tenaga pelayanan kesehatan, dua staf manejemen bidang umum dan pelayanan medik, satu ketua komite mutu, dan satu pasien kebidanan yang dipilih secara purposive sampling berdasarkan mampu berkomunikasi dengan baik, individu yang kaya informasi dan bersedia diwawancara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2024 hingga Januari 2025 di RSUD X. Analisis data dilakukan dengan tahapan open coding, axial coding dan selective coding, serta triangulasi data dengan observasi dilapangan. Hasil penelitian mengungkap sejumlah tantangan meliputi dilema antara profesionalisme dan konflik kepentingan manajerial, normalisasi kesalahan, kurangnya komitmen manajemen memperburuk kondisi ini, ditambah dengan diskriminasi terhadap pasien, serta kerja tim yang tidak efektif. Selain itu, minimnya pengawasan, serta keterbatasan sumber daya dan kompetensi tenaga kesehatan menjadi hambatan signifikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi seperti pelatihan berkelanjutan, reformasi manajemen, serta penguatan kerja tim lintas profesi untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien. Implikasi dari penelitian ini dapat memperkuat praktik keselamatan pasien dalam layanan kebidanan dan mendorong perbaikan sistematik pada mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak.
VALIDATION ANALYSIS OF FORSA AS A SCREENING TOOL FOR ANEMIA IN ADOLESCENT GIRLS Wahyuningtyas, Mariana; Wati, Linda Ratna; Setya Wardani, Diadjeng
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 35 No. 3 (2025): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v35i3.3217

Abstract

Anemia pada remaja putri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 32%. Kondisi ini berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, kognitif, dan reproduksi, serta prestasi belajar dan produktivitas. Deteksi anemia saat ini masih bergantung pada metode invasif, seperti digital hemoglobinometer, yang hanya mengukur kadar hemoglobin tanpa mengidentifikasi penyebab dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan efektivitas Formulir Skrining Anemia Remaja (FORSA) sebagai alat skrining non-invasif untuk mengidentifikasi risiko anemia pada remaja putri. Studi observasional dengan pendekatan potong lintang dilakukan terhadap 228 siswi dari dua SMA di Kota Malang yang dipilih secara purposive. Instrumen FORSA terdiri dari 34 pertanyaan mengenai gejala klinis dan faktor risiko anemia. Hasil FORSA dibandingkan dengan kadar hemoglobin yang diukur menggunakan digital hemoglobinometer sebagai standar emas. Prevalensi anemia ditemukan sebesar 29,8%. Skor FORSA memiliki hubungan yang signifikan dengan status anemia (p < 0,05), dengan sensitivitas 82%, spesifisitas 82%, nilai prediksi positif 74%, dan nilai prediksi negatif 82%. Faktor dominan yang memengaruhi skor FORSA dan status anemia meliputi kebiasaan melewatkan sarapan, pola menstruasi tidak teratur, dan rendahnya kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Kesimpulannya, FORSA merupakan instrumen yang valid dan efektif untuk skrining anemia berbasis komunitas, dan direkomendasikan untuk diimplementasikan dalam program rutin di sekolah maupun fasilitas pelayanan kesehatan primer guna mendukung pencegahan anemia secara dini dan tepat sasaran.