Gempa bumi menjadi bencana yang sering terjadi di Indonesia salah satunya di wilayah DKI Jakarta. Gempa bumi diasumsikan sebagai beban lateral yang nantinya didistribusikan ke semua struktur gedung dan menyebabkan bangunan bergeser. Beban geser yang nilainya melebihi dari nilai beban geser maksimum akan membuat struktur mengalami keruntuhan sehingga perencanaan struktur sangat diperlukan untuk mengantisipasi kerusakan parah yang terjadi di struktur tersebut. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui tingkat kinerja struktur gedung eksisting terhadap gempa. Metode yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kenerja struktur terhadap gempa menggunakan acuan ASCE 41-17 yang mengatur cara evaluasi seismik dan retrofit bangunan eksisting pragempa dengan tahapan pemodelan struktur (menggunakan ETABS), pembebanan gravitasi, pembebanan respon sprektrum, pemodelan sendi plastis, serta evaluasi analisis pushover. Hasil evaluasi menghasilkan bahwa gedung masih mampu menahan gaya gempa BSE-1E dan BSE-2E serta masih memiliki kekuatan untuk menahan gaya gempa sampai perpindahan target awal. Hasil simpangan yang dihasilkan memiliki nilai dibawah batas izin untuk arah-X dan Y pada level gempa BSE-1E sebesar 202,504 mm, 196,176 mm dan BSE-2E sebesar 274,352 mm, 266,56 mm. Sendi plastis terbentuk pertama kali pada elemen balok selanjutnya pada kolom. Tingkat kinerja struktur gedung untuk gempa BSE-1E berada pada level immediate occupancy (IO) dan gempa BSE-2E berada pada level Damage control (DC). Rasio daktilitas struktur gedung berada pada rentang 1,5 sampai 5,3 sehingga dapat dikatakan struktur gedung memiliki daktilitas parsial.
Copyrights © 2024