Indonesia memiliki keistimewaan dalam keragaman etnis, agama, dan budayayang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi dengan populasi 14.936.148 jiwa (BPS, 2021) yang kaya akan keanekaragaman etnis, termasuk Batak, Melayu, Pesisir, dan Nias. Dalam konteks ini, etnik Batak Angkola–Mandailing menjadi menarik untuk dikaji, khususnya tradisi horja sebagai bentuk perayaan adat yang sarat nilai kearifan lokal. Tradisi horja memiliki dua bentuk utama, yaitu horja siriaon (pesta sukacita) dan horja siluluton (pesta dukacita), yang masing-masing dilaksanakan dengan aturan adat yang ketat. Fokus penelitian ini adalah pada horja pabuat boru dan horja haroan boru yang dilaksanakan dalam perkawinan etnik Batak Angkola–Mandailing. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi tahapan-tahapan pelaksanaan horja pabuat boru dan haroan boru, serta (2) mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan tokoh adat, serta studi dokumentasi di Kelurahan Sorik, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Analisis dilakukan dengan teori kearifan lokal Robert Sibarani yang menekankan dimensi kesejahteraan dan kedamaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan horja tidak hanya berfungsi sebagai ritus sosial, tetapi juga mengandung nilai gotong royong, kesopansantunan, kesetiakawanan, disiplin, serta rasa syukur. Dengan demikian, tradisi horja berperan penting dalam memperkuat identitas budaya, menjaga harmoni sosial, serta melestarikan kearifan lokal masyarakat Batak Angkola–Mandailing.
Copyrights © 2025