Kelompok Musik Bambu Tabadine di Kampung Bakalaeng, Sangihe, merupakan salah satu kelompok musik tradisional terbesar dan tertua yang tetap eksis melalui proses pelatihan konsisten lintas generasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis metode pelatihan musik bambu yang diterapkan dalam kelompok dengan anggota berusia 11 hingga 70 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelatihan kelompok Tabadine berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu perencanaan, analisis kebutuhan, validasi, penerapan program, dan evaluasi. Ragam metode yang digunakan meliputi ceramah, imitasi, drill, demonstrasi, tutor sebaya, metode Kodály, serta pengajaran individual. Penerapan metode tersebut tidak hanya meningkatkan kemampuan musikal, tetapi juga menanamkan nilai budaya lokal yang memperkuat solidaritas kelompok. Keberhasilan pelatihan ini terlihat dari kemampuan anggota menguasai instrumen, regenerasi yang berkelanjutan, serta pencapaian prestasi dalam berbagai kompetisi. Dengan demikian, strategi pelatihan musik bambu Tabadine dapat menjadi model pengembangan pendidikan musik nonformal berbasis budaya lokal di Sangihe.
Copyrights © 2025