Artikel ini mengkaji struktur naratif Bekisar Merah karya Ahmad Tohari melalui naratologi Genette yang dipadukan dengan perspektif ekofeminisme. Analisis difokuskan pada kategori naratif seperti order, mood/focalization, voice, frequency, dan duration. Hasilnya menunjukkan bahwa metafora ayam bekisar bukan sekadar simbol, melainkan hadir dalam tataran diegetis untuk mencerminkan nasib Lasi yang terombang-ambing antara desa dan kota, domestikasi dan kebebasan, subordinasi dan dominasi. Struktur temporal novel memperlihatkan bias antroposentris: order menekankan trauma manusia tetapi mengabaikan memori ekologis; frequency dan duration memberi ruang pada intrik politik serta psikologi Lasi, sementara proses ekologis direduksi menjadi citraan singkat. Focalization menyingkap keterasingan tokoh perempuan, sedangkan voice narator heterodiegetik yang mahatahu justru membungkam suara fauna dan alam, memosisikan mereka hanya sebagai latar simbolik. Polanya mengungkap interseksi dominasi patriarki dan penyingkiran ekologis, di mana keheningan bekisar dan feminisasi Karangsoga menjadi metafora ganda atas subordinasi gender sekaligus lingkungan. Dengan demikian, novel ini menghadirkan arsitektur naratif yang indah tetapi problematis, sehingga penting dibaca ulang secara etis-ekologis demi wacana sastra Indonesia yang lebih inklusif.
Copyrights © 2025