Kota Singkawang adalah sebuah destinasi pariwisata pesisir yang sedang berkembang di Kalimantan Barat, menghadapi ancaman ganda dari krisis iklim terutama kenaikan permukaan air laut dan banjir rob dan keterbatasan kapasitas fiskal untuk mendanai adaptasi yang memadai. Penelitian ini menganalisis hubungan kausal antara kapasitas fiskal Pemerintah Kota Singkawang dengan tingkat resiliensi sektor pariwisatanya. Menggunakan pendekatan metode campuran, penelitian ini mengintegrasikan analisis kuantitatif terhadap data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) periode 2019-2024 dengan analisis kebijakan kualitatif terhadap dokumen perencanaan daerah (RPJMD, Renstra). Hasil analisis menunjukkan adanya kesenjangan signifikan antara kebutuhan investasi untuk infrastruktur pariwisata berketahanan iklim dengan alokasi anggaran aktual, yang dipengaruhi oleh kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata yang relatif kecil. Meskipun dokumen perencanaan telah mengidentifikasi risiko iklim, implementasinya dalam penganggaran masih bersifat reaktif dan parsial. Sebagai solusi, penelitian ini mengusulkan model pembiayaan inovatif yang terintegrasi, mencakup optimalisasi fiskal melalui climate budget tagging, pengembangan skema Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) untuk aset pariwisata kritis, dan implementasi Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) berbasis ekowisata untuk mendanai konservasi pesisir.
Copyrights © 2025