Pengelolaan pengembangan permukiman yang berkelanjutan merupakan tantangan utama di wilayah dengan dinamika pertumbuhan penduduk tinggi, termasuk Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan dalam pemilihan lokasi permukiman serta memetakan tingkat kesesuaian lahan bagi pengembangan kawasan permukiman. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan bobot relatif dari tujuh parameter, meliputi kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, jarak terhadap jalan utama, jarak terhadap fasilitas kesehatan, jarak terhadap pusat pendidikan, dan curah hujan. Analisis spasial berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) kemudian digunakan untuk mengklasifikasikan wilayah studi ke dalam empat kategori kesesuaian. Hasil menunjukkan bahwa kemiringan lereng merupakan faktor paling dominan (31,1%), menegaskan pentingnya stabilitas geofisik dalam perencanaan permukiman. Integrasi AHP–SIG menghasilkan empat kategori lokasi potensial: sangat potensial (193,42 km²; 13,6%), potensial (323,00 km²; 22,8%), kurang potensial (404,56 km²; 28,5%), dan tidak potensial (497,78 km²; 35,1%). Temuan ini menegaskan bahwa wilayah dengan aksesibilitas tinggi dan kondisi geofisik stabil lebih sesuai untuk pengembangan permukiman, sementara kawasan dengan risiko geofisik tinggi lebih tepat diarahkan untuk fungsi non-permukiman. Penelitian ini memberikan kontribusi metodologis melalui integrasi AHP dan SIG sebagai pendekatan komprehensif dalam mendukung pengambilan keputusan tata ruang berbasis data di tingkat regional.
Copyrights © 2025