Pemilihan pendidikan tinggi merupakan fase krusial dalam kehidupan remaja, terutama di Sulawesi Utara yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. Banyak siswa mengalami dilema antara mengikuti passion pribadi atau memenuhi harapan keluarga yang berorientasi pada status sosial dan stabilitas ekonomi. Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman subjektif siswa SMKN 3 Manado dalam menghadapi tekanan keluarga saat menentukan pilihan pendidikan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif jenis fenomenologi dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi terbatas, dan analisis dokumen pribadi. Analisis data dilakukan secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan keluarga muncul dalam bentuk eksplisit (paksaan langsung), implisit (harapan tersirat), serta tekanan ekonomi. Tekanan ini memengaruhi kondisi psikologis siswa, seperti stres, kebingungan identitas, dan kehilangan motivasi. Sebagian siswa mencoba berkompromi, namun tetap mengalami beban emosional. Dalam budaya Minahasa yang kolektif, ketegangan ini menjadi lebih kompleks. Kesimpulan menegaskan bahwa tekanan tanpa komunikasi terbuka dapat menghambat pembentukan identitas diri. Guru Bimbingan dan Konseling berperan strategis sebagai fasilitator dialog melalui pendekatan yang empatik dan kontekstual.
Copyrights © 2025