Tetralogi Pulau Buru menggambarkan dinamika sosial, budaya, dan politik di Hindia Belanda pada awal abad ke-20, terutama terkait dengan interaksi antaretnis, kelas sosial, dan kolonialisme. Dalam penelitian ini, analisis semiotika digunakan untuk mengungkap tanda-tanda keberagaman yang tercermin melalui hubungan antartokoh dan konteks sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berupa pengungkapan struktur naratif. Pengungkapan struktur naratif digunakan untuk menunjukkan bagaimana identitas keberagaman terbentuk dan dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam karya Pramoedya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Tetralogi Pulau Buru merepresentasikan identitas keberagaman yang kompleks dan dinamis, di mana identitas nasional terbentuk dari interaksi antara budaya lokal (Jawa, Cina) dan global (Eropa). Perjuangan tokoh utama, Minke, merupakan simbol perjuangan menemukan identitas di tengah pluralitas budaya dan kolonialisme. Implikasi dari pembelajaran mikro sastra di sekolah menengah atas adalah bahan ajar yang memungkinkan siswa memahami isu keberagaman melalui pengajaran berbasis digital yang ringkas dan terfokus. Pola ini diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis dan sikap inklusif terhadap keberagaman. Penelitian ini menawarkan kontribusi penting dalam mengintegrasikan studi sastra dan keberagaman dalam konteks pendidikan sastra di sekolah menengah atas.  
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024