Pembahasan terhadap empat novel monumental Pramoedya Ananta Toer: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1986), dan Rumah Kaca (1986) selanjutnya disebut katrologi seperti tidak habis-habisnya untuk diteliti dan dikupas lebih dalam. Selalu ada ruang terbuka baru yang bisa diperdebatkan berkaitan dengan katrologi Pramoedya tersebut. Pada kesempatan ini, ruang terbuka baru yang akan dibicarakan dalam katrologi Pramoedya tersebut berkenaan dengan semangat multikulturalisme dan penokohan. Penokohan dan latar budaya masing-masing tokoh dalam katrologi Pramoedya ini merepresentasikan sebuah masyarakat multikultur. Dari Bumi Manusia sampai Rumah Kaca, Perancis, Inggris, Jerman, Afrika, Jepang, Cina, Pribumi, Menado, Jawa, Sunda, Madura, Sumatera, Indo, dan Totok memperlihatkan semangat multikultur. Demikian juga latar tempat yang digambarkan mendukung dan mewakili tempat-tempat yang menjadi melting pot di Hindia Belanda seperti tiga kota pelabuhan, Surabaya, Semarang, dan Batavia, juga pelabuhan lainnya di seluruh dunia. Semangat multikultur yang diwakili oleh tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai ras dan suku bangsa dalam katrologi Pramoedya ini disampaikan dan digambarkan melalui bahasa yang mereka gunakan, perilaku, nilai-nilai, dan pandangan dunianya.
Copyrights © 2014