Isu poligami dalam Islam terus menjadi perdebatan, baik dalam ranah hukum maupun etika, terutama terkait dengan pemaknaan terhadap ayat ayat yang dianggap melegitimasinya. Meskipun Al-Qur'an memberikan ruang bagi praktik poligami, teks tersebut juga menekankan keharusan berlaku adil-yang secara eksplisit dinyatakan sulit tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan makna poligami dalam Al-Qur'an berdasarkan QS. An-Nisa [4]: 3 dan QS. An-Nisa [4]: 129 melalui pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce. Kedua ayat ini menciptakan ketegangan hermeneutik antara kebolehan poligami secara terbatas dan pengakuan atas keterbatasan manusia dalam menegakan keadilan emosional. Dengan menggunakan metode kualitatif berbasis studi pustaka, kajian ini menganalisis teks ayat tafsir klasik (Ibn katsir), tafsir reformis (al-Manar), dan pemikiran kontemporer (Nasr Hamid Abu Zayd). Hasilnya menunjukan bahwa makna poligami mengalami proses semiosis -yakni pergeseran dan perkembangan interpretasi yang bersifat progressif. Dari kebolehan bersyarat menuju prefensi etis terhadap monogami, pembacaan ini menegaskan bahwa makna ayat tidak statis, melainkan terbuka terhadap penafsiran baru yang lebih kontekstual dan berorientasi keadilan.
Copyrights © 2025