Pondok pesantren memiliki peran penting dalam pengembangan pendidikan Islam dan pemberdayaan sosial. Namun, di era Society 5.0, banyak pesantren menghadapi tantangan dalam pengelolaan kelembagaan yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus pada beberapa pondok pesantren yang telah menerapkan kemitraan multi-aktor. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pentahelix—yang melibatkan akademisi, pelaku usaha, pemerintah, masyarakat, dan media—dapat meningkatkan kapasitas manajerial, pengembangan kewirausahaan santri, dan keterlibatan komunitas. Kolaborasi ini juga memperluas akses pesantren terhadap program dan kebijakan pemerintah. Meskipun terdapat manfaat nyata, hambatan seperti keterbatasan SDM profesional, resistensi budaya terhadap perubahan, dan ketimpangan akses menjadi tantangan yang perlu diatasi. Diperlukan pendekatan manajerial yang adaptif dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan nilai-nilai tradisi pesantren untuk mengoptimalkan sinergi pentahelix secara berkelanjutan.
Copyrights © 2025