Transfusi darah adalah salah satu aspek medis yang memiliki dampak signifikan bagi pasien. Dalam tahapan pemberian kepada pasien, harus mengikuti prinsip yang menyatakan bahwa keuntungan bagi pasien jauh lebih besar ketimbang efek dan risiko yang mungkin timbul. Salah satu kasus kejafian pada transfusi berulang adalah multitransfusi. Multitransfusi dapat terjadi pada pasien yang rutin menjalani transfusi, hal ini dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya alloimunisasi terhadap sel darah merah dan terbentuknya antibodi irreguler. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penanganan kasus multitransfusi di UTD RSUP Fatmawati. Hasil menunjukkan Pasien dengan diagnosis gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis menunjukkan adanya reaksi antara serum dari donor dan sel darah merah pasien. Tes DCT menghasilkan hasil positif untuk IgG, yang menunjukkan bahwa ada antibodi IgG yang terdapat di permukaan sel darah merah. Skrining antibodi menunjukkan kemungkinan keberadaan anti-c dan anti-Jka, simpulannya adalah pasien dengan CKD (kegagalan ginjal kronis) adalah individu yang sering mendapatkan transfusi darah, sehingga berpotensi untuk menghasilkan alloantibodi, contohnya anti-c. Akibatnya, hasil dari tes silang serasi menjadi tidak kompatibel dan tercipta antigram yang tidak spesifik disebabkan oleh kemungkinan adanya multialoantibodi.
Copyrights © 2024