Continuous Midwifery Care (Continuity of Care) is comprehensive maternity care provided throughout pregnancy, childbirth, postpartum, newborn care, and family planning selection. Its goal is to offer support, monitoring, and early detection of potential complications for both mother and baby from pregnancy until contraceptive use. Childbirth can occur physiologically or pathologically, with pathological cases sometimes requiring surgical intervention via sectio caesarea. Globally, the average cesarean rate is 5–15% per 1,000 births. A cesarean section involves incisions in the abdominal and uterine walls to deliver the baby. Early mobilization training is crucial for faster recovery, yet some mothers hesitate to begin. Efforts to promote early mobilization are essential for optimal healing. At Penajam Community Health Center, midwifery care is delivered through home visits with tailored counseling. In the case of Mrs. R, care was provided across all stages: pregnancy (3 visits), delivery (1 visit), postpartum (4 visits), neonatal care (3 visits), and family planning (1 visit). During pregnancy, Mrs. R complained of back pain, prompting counseling on its causes, proper body mechanics, and the implications of pregnancy after age 35. Delivery was via cesarean section due to her plan for tubal ligation. Postpartum early mobilization began within 6 hours post-surgery, starting with bed rest while moving the arms, hands, toes, ankles, heels, calf muscles, and bending/shifting the legs. At 6–10 hours, she was encouraged to turn side-to-side to prevent thrombosis. By 8–12 hours, she practiced sitting, and within 24 hours, she progressed to sitting and walking—depending on complications—with full mobilization expected within 24–48 hours. On day 3 postpartum, Mrs. R experienced low breast milk production, managed with oxytocin massage. For family planning, she received counseling and opted for tubal ligation. Through Continuity of Care for Mrs. R across pregnancy, delivery, postpartum, newborn care, and family planning, midwives can enhance their professional competencies in standardized care. Additionally, maintaining proper midwifery management ensures sustained high-quality care in the future. Abstrak Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) merupakan pelayanan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh, dimulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir, hingga pemilihan kontrasepsi. Tujuannya adalah untuk memberikan dukungan, pemantauan, dan deteksi dini terhadap potensi komplikasi yang mungkin dialami ibu dan bayi sejak masa kehamilan hingga penggunaan KB. Persalinan bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis, persalinan patologis kadang membutuhkan Tindakan pembedahan sectio caesarea, di seluruh dunia angka rata-rata operasi caesar adalah 5–15% per 1000 kelahiran. Salah satu metode melahirkan adalah sectio caesarea, yang dilakukan dengan cara membuat sayatan untuk membuka dinding perut dan dinding uterus untuk mengeluarkan janin. Pelatihan mobilisasi dini sangat penting untuk pemulihan yang lebih cepat. Namun, ada sejumlah alasan mengapa ibu ragu untuk mulai melakukan mobilisasi dini. Upaya untuk mempercepat mobilisasi dini sangat penting untuk pemulihan yang lebih cepat. Di Puskesmas Penajam, metode asuhan kebidanan dilaksanakan melalui kunjungan rumah dengan memberikan konseling sesuai kebutuhan ibu. Pada kasus Ny. R, asuhan kebidanan diberikan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, perawatan neonatus, hingga pemilihan KB, dengan frekuensi kunjungan sebagai berikut: kehamilan (3 kali), persalinan (1 kali), nifas (4 kali), neonatus (3 kali), dan KB (1 kali). Selama kehamilan, Ny. R mengeluhkan nyeri punggung, sehingga penanganan yang diberikan meliputi konseling mengenai penyebab nyeri punggung, penerapan body mechanic yang tepat, serta dampak kehamilan di atas usia 35 tahun. Proses persalinan dilakukan melalui sectio caesarea karena rencana ibu untuk menggunakan KB Tubektomi. Pada masa nifas 6 jam dilakukan mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea dimulai pada 6 jam pertama dengan tirah baring sambil menggerakkan lengan, tangan, jari kaki, pergelangan kaki, tumit, otot betis, serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, ibu dianjurkan miring kiri-kanan untuk mencegah thrombosis, lalu setelah 8-12 jam mulai belajar duduk. Dalam 24 jam, ibu dapat belajar duduk dan berjalan, tergantung ada tidaknya komplikasi, dengan batas maksimal mobilisasi 24-48 jam pascaoperasi. Pada masa nifas hari ke-3, Ny. R mengalami masalah produksi ASI yang sedikit, sehingga diberikan asuhan berupa pijat oksitosin. Sementara itu, dalam asuhan KB, ibu telah mendapatkan konseling dan memutuskan untuk menggunakan metode Tubektomi. Melalui penerapan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) pada Ny. R selama masa hamil, bersalin, nifas, perawatan bayi baru lahir, dan KB, diharapkan bidan dapat terus meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pelayanan sesuai standar profesi. Selain itu, penerapan manajemen kebidanan yang tepat juga perlu dipertahankan guna menjamin kualitas asuhan yang optimal di masa mendatang.
Copyrights © 2025