Artikel ini mengkaji dinamika politik Al Jam‘iyatul Washliyah pada masa Orde Baru (1966–1998) dengan menggunakan pendekatan historis-deskriptif melalui penelitian kepustakaan. Sebagai organisasi Islam tertua di luar Jawa, Al Washliyah menghadapi tantangan besar di tengah kebijakan politik represif dan sentralistik rezim Soeharto, khususnya terkait penerapan asas tunggal Pancasila. Studi ini menelusuri enam aspek utama: konsepsi politik Al Washliyah, sikap politik para tokohnya, peran dalam kejatuhan Orde Lama, keterlibatan dalam pembentukan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), penerimaan asas tunggal, serta posisi organisasi menjelang akhir Orde Baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al Washliyah menampilkan corak politik Islam yang moderat, inklusif, dan adaptif, dengan menempatkan politik sebagai bagian dari dakwah dan amal kebangsaan, bukan perebutan kekuasaan. Sikap ini menegaskan peran Al Washliyah sebagai kekuatan moral yang menjaga independensi, memelihara hubungan strategis dengan negara, dan berkontribusi pada keutuhan bangsa.
Copyrights © 2025