Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif penggunaan fitur kosakata ujaran kebencian di Twitter. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui tiga tahap: membaca teliti twit-twit yang mengandung ujaran kebencian, mendokumentasikan twit dalam bentuk tangkapan layar, serta mencatat twit dalam tabel klasifikasi data. Kemudian, data dianalisis dengan teori analisis wacana kritis Norman Fairclough berupa analisis teks, interpretasi konteks wacana, dan eksplanasi praktik sosial. Analisis data berfokus pada nilai eksperensial dalam fitur kosakata ujaran kebencian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai eksperensial kosakata ujaran kebencian terepresentasi melalui penggunaan kelebihan penyusunan kata, kata-kata ideologis, dan metafora. Kelebihan penyusunan kata merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan pada identitas golongan, dan rasialisme. Kata-kata ideologis merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan pada identitas golongan, dan seksisme. Metafora merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan identitas golongan, dan rasialisme.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024