Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih ditemukannya santri yang kesulitan membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid meskipun telah belajar di pesantren. Tujuan penelitian ialah mengkaji secara mendalam metode pembelajaran tajwid di lingkungan Persatuan Islam, menganalisis implementasinya, serta menilai kontribusinya terhadap peningkatan kemampuan bacaan santri. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif di Pesantren Persis 69 Matraman Jakarta dan Pesantren Persis 24 Rancaekek Bandung. Subjek meliputi pengasuh pesantren, guru tajwid, dan santri. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, tes bacaan Al-Qur’an, serta dokumentasi kurikulum dan bahan ajar; analisis data mencakup reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan dengan uji keabsahan melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil menunjukkan Persis 69 lebih dominan menerapkan metode Riyaadlatullisan dan Syafi’i, sedangkan Persis 24 mengandalkan ceramah, sorogan/bandongan, dan belajar dengan teman sejawat; keduanya menekankan musyafahah untuk menjaga ketepatan bacaan. Metode-metode tersebut efektif meningkatkan kemampuan membaca, namun terkendala keterbatasan waktu, heterogenitas kemampuan santri, dan minimnya pelatihan lanjutan bagi guru. Disimpulkan bahwa pembelajaran tajwid di kedua pesantren telah berjalan efektif, tetapi perlu penguatan kompetensi guru serta penyesuaian strategi pembelajaran yang lebih kontekstual dengan kebutuhan santri.
Copyrights © 2024