Strategi penemuan pasien TB tidak hanya "promotif pasif dan aktif" tetapi juga melalui "penemuan aktif berbasis keluarga dan komunitas yang intensif dan masif", dengan tetap memperhatikan dan menjaga mutu layanan sesuai standar. Penelitian ini dilakukan dengan studi kohort retrospektif dengan memperoleh data pasien TB dengan indeks kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Di antara 734 kontak, 141 (19,2%) adalah anak-anak (di bawah 15 tahun), 398 (54,2%) adalah perempuan, 152 (20,7%) adalah kontak serumah dan 446 (60,8%) adalah kontak erat yang menolak skrining 299 (40,71%), Semua kontak diwawancarai mengenai gejala TB. memiliki satu atau lebih gejala TB dengan gejala yang paling sering adalah batuk 104 (14,2%), sesak napas 24 (3,3%), keringat malam 15 (2%), demam 21 (2,9%), dari faktor risiko yang diperoleh 15 (2%) wanita hamil, 63 (8,6%) lansia, 20 (2,7%) menderita Diabetes Militus (DM) dan 12 (16,5%) adalah perokok. Dari skrining dan investigasi kontak, hanya 138 (18,8%) yang dirujuk untuk pemeriksaan, hanya 101 (13,8%), dari hasil pemeriksaan dahak, 11 (1,5%) positif tuberkulosis. Variabel dependennya adalah penolakan skrining, hasil uji statistik dengan α = 0,05 yang menunjukkan adanya hubungan antara usia (p=0,021), kontak serumah (p=0,000), kontak erat (p=0,0051), gejala batuk (p=0,000), sesak napas (p=0,000), keringat malam (p=0,003), demam (p=0,000), ibu hamil (p=0,003), lansia (p=0,000), diabetes (p=0,000), perokok (p=0,000), dirujuk (p=0,000), diperiksa (p=0,000), hasil pemeriksaan (p=0,004). Dan terdapat 2 variabel yang tidak berhubungan: jenis kelamin (p=0,101) dan pengobatan TB tidak tuntas (p=0,51). Deteksi dini dalam investigasi kontak TB dalam penemuan kasus melalui pendidikan preventif dan promotif perlu ditingkatkan.
Copyrights © 2025