In the era of digital transformation, the role of instructors at training institutions, particularly at the Makassar Religious Training Center, has undergone a significant shift. Instructors no longer function solely as conveyors of material, but also as learning facilitators who integrate innovative approaches to produce competent and adaptive learners. The concept of organizational ambidexterity, encompassing both exploitation and exploration, is particularly relevant in this context. Widyaiswara is required to balance the delivery of standard material with learning innovation. This study aims to describe how widyaiswara delivers ambidexterity-based learning material. The method used is a qualitative approach with a descriptive study design, collecting data through observation, interviews, and document analysis. The results show that widyaiswara develops learning strategies that combine conventional and innovative methods and utilize digital technology. They also prioritize a learner-centered approach by understanding the characteristics and needs of the participants. Learning evaluation is conducted holistically, covering cognitive, affective, and psychomotor assessments. These results provide practical contributions to the development of a more effective learning model that is relevant to the competency development needs of the civil service. This study is expected to serve as a reference for other training institutions in implementing ambidexterity-based learning. ABSTRAKDalam era transformasi digital, peran widyaiswara di lembaga diklat, khususnya di Balai Diklat Keagamaan Makassar, mengalami pergeseran signifikan. Widyaiswara tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran yang mengintegrasikan pendekatan inovatif untuk menghasilkan peserta didik yang kompeten dan adaptif. Konsep ambidexterity organisasi, yang mencakup eksploitasi dan eksplorasi, menjadi relevan dalam konteks ini. Widyaiswara dituntut untuk menyeimbangkan antara penyampaian materi standar dengan inovasi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana widyaiswara menyampaikan materi pembelajaran berbasis ambidexterity. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi deskriptif, mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa widyaiswara mengembangkan strategi pembelajaran yang menggabungkan metode konvensional dan inovatif, serta memanfaatkan teknologi digital. Mereka juga mengedepankan pendekatan yang berpusat pada peserta dengan memahami karakteristik dan kebutuhan peserta. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara holistik, mencakup penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil ini memberikan kontribusi praktis dalam pengembangan model pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi aparatur sipil negara. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi lembaga diklat lain dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis ambidexterity.
Copyrights © 2025