Bullying merupakan permasalahan berbahaya yang meresahkan dunia pendidikan pada tingkat usia di seluruh dunia dan memerlukan perhatian khusus dari para pendidik dan orang tua. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya bullying adalah kesenjangan kekuasaan yang muncul dari aspek fisik, akses terhadap media sosial yang berisi informasi, popularitas, dan keinginan untuk menyakiti orang lain. Apalagi di usia sekolah dasar, mereka rentan terhadap ketersinggungan dan kesalahpahaman antar teman-temannya (Pratama & Hidayat, 2020). Mirisnya, belakangan ini perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah kerap menjadi berita di media, khususnya di media sosial. Rekaman video perilaku bullying anak sekolah di lingkungan sekolah banyak dijumpai di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube. Bahkan banyak diantaranya yang menjadi viral. Perilaku Bullying yang terjadi pada anak sering disalahartikan oleh siswa sebagai kenakalan anak karena kurangnya pemahaman anak terhadap tindakannya termasuk dalam bullying dan siswa beranggapan bahwa anak tidak memahami tindakan tersebut (Bili & Sugito, 2020). Menganalisis pengetahuan dan perilaku untuk mencegah bullying pada anak di sekolah. Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah model Pengembangan Teknologi Partisipatif dan Edukatif. Hasil dari kegiatan tersebut diperoleh peningkatan pengetahuan pencegahan perilaku bullying hampir 76% dan peningkatan perilaku positif menjadi perilaku negatif sebesar 100%. Program pemberdayaan mental melalui Pendidikan Pencegahan Perilaku Bullying pada anak usia sekolah, di SDN 1 Ketintang Surabaya. Pengetahuan dan perilaku anak dapat mencegah terjadinya bullying di sekolah. Pentingnya psikoedukasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dan anak perempuan dalam mencegah perilaku bullying.
Copyrights © 2025