Alam NTT dikenal begitu gersang. Hal ini sebagai akibat dari rendahnya intensitas hujan dari tahun ke tahun. Selain tanah yang gersang, keadaan laut juga memprihatinkan oleh karena pencemaran dari sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat. Dalam melihat keadaan ini, GMIT bereaksi secara cepat. Reaksi itu terlihat melalui penetapan bulan November pada 2007 sebagai bulan lingkungan hidup. Tujuannya ialah untuk kembali merefleksikan relasi antara Allah, manusia dan alam ciptaan. Dalam merayakan bulan lingkungan hidup, liturgi yang dipakai dalam kebaktian di GMIT dinarasikan sedemikian rupa agar bisa menggugah jemaatnya untuk peduli lingkungan. Liturgi ini merupakan bentuk implementasi ekoteologi yang secara sadar dilakukan oleh GMIT. Liturgi dalam artinya yang baru dipahami sebagai bentuk karya pelayanan manusia. Dengan menetapkan bulan November sebagai bulan lingkungan hidup oleh GMIT, jemaat diajak untuk memusatkan karya pelayanannya terhadap alam yang mulai rusak. Penelitian ini menggunakan dua metode yakni pengamatan singkat dan studi literaturr. Hasil studi menunjukkan bahwa GMIT berani untuk membuat suatu terobosan untuk menjaga keseimbangan alam melalui ibadah yang dilakukan. Dalam hal ini juga peningkatan iman Kristen dalam jemaat GMIT terjadi melalui kesadaran mereka terhadap eko-teologi yang mendukung alam sebagai ciptaan Allah.
Copyrights © 2024