Articles
Manusia sebagai Homo Digitalis: Suatu Wacana Teologi Publik Gereja Atas Keterlemparan Manusia di Ruang Digital
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 5 No. 1 (2024): SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34307/sophia.v5i1.234
There is a new term or embedding given to humans when they enter the 21st century, namely Homo Digitalis. This term is reasonable because dependence on technology has become a trend in this era. Humans seem to depend on technology for all aspects of their lives. Technology is good because it makes things easier for people, but if it is not used wisely, the potential for damage exists. Even so, the presence of technology has still really helped humans. The church felt it, too. Theology as a science has the task of discussing this phenomenon. Therefore, this article will utilize literature studies and Public Theology approaches to dissect the issue of Homo Digitalis and throw it into the digital space. Human dislocation in the digital space is a fact, and this is a finding and recommendation for developing other research related to this issue. The ultimate goal of this article is to become an instrument for churches and congregations to respond to technological developments. Ada istilah atau penyematan baru yang diberikan kepada manusia ketika memasuki abad 21 ini yaitu Homo Digitalis. Istilah ini sebenarnya beralasan sebab di era ini ketergantungan terhadap teknologi sudah merupakan trend. Manusia seperti menggantungkan seluruh aspek kehidupannya kepada teknologi. Hadirnya teknologi sebenarnya baik karena memudahkan manusia tetapi jika tidak secara arif digunakan maka potensi merusak itu ada. Sekalipun demikian, tetap saja kehadiran teknologi sudah amat membantu manusia. Gereja pun turut merasakannya. Teologi sebagai ilmu pengetahuan punya tugas mendiskusikan fenomena ini. Karena itu, tulisan ini akan menggunakan metode studi literatur dan pendekatan teologi publik dalam membedah isu Homo Digitalis dan keterlemparannya di ruang digital. Keterlemparan manusia di ruang digital merupakan fakta yang benar adanya dan ini menjadi temuan dan rekomendasi untuk pengembangan penelitian lain terkait isu ini. Tujuannya akhir dari tulisan ini yakni menjadi instrumen bagi gereja dan jemaat di dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Employee Engagement Pendeta GMIT dan Dampaknya bagi Spiritualitas Pelayanan Pendeta di Jemaat-Jemaat Se-Klasis Kupang Barat
Koli, Endang Damaris;
De Haan, Arly Elizabeth Maria;
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
JURNAL LUXNOS Vol. 10 No. 1 (2024): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI JUNI 2024
Publisher : STT Pelita Dunia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47304/qces5c90
Abstract: The Evangelical Christian Church in Timor has two ecclesiastical positions, namely ministry positions and organizational positions. The pastor is a church official who carries these two positions. As servants of Christ, pastors together with other church officials are given the task of translating the vision of the Kingdom of God and leading the implementation of the mission that Christ has entrusted to their church. In the GMIT Code, pastors are also referred to as employees. As employees, pastors are Expected to have involvement, motivation and dedication or employee engagement as a commitment to Christ through the church. With employee engagement, it is hoped that the spirituality of service will be maintained. This research aims to find out how employee engagement operates in the duties of GMIT pastors, especially in the West Kupang classist area and whether this influences the spirituality of their ministry. This research uses library study and field research methods. The results obtained in interviews with resource persons were then elaborated with theories related to the field study material. The results of the research show that GMIT pastors in the West Kupang area still have commitment as organizational officials and maintain spirituality as ministry officials.
Gereja Masehi Injili di Timor dan Keberpihakan pada Alam: Apresiasi terhadap Liturgi Bulan Lingkungan Hidup di Gereja Masehi Injili di Timor
Ludji, Ni Sarah Medo;
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 8 No 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37368/ja.v8i1.722
Alam NTT dikenal begitu gersang. Hal ini sebagai akibat dari rendahnya intensitas hujan dari tahun ke tahun. Selain tanah yang gersang, keadaan laut juga memprihatinkan oleh karena pencemaran dari sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat. Dalam melihat keadaan ini, GMIT bereaksi secara cepat. Reaksi itu terlihat melalui penetapan bulan November pada 2007 sebagai bulan lingkungan hidup. Tujuannya ialah untuk kembali merefleksikan relasi antara Allah, manusia dan alam ciptaan. Dalam merayakan bulan lingkungan hidup, liturgi yang dipakai dalam kebaktian di GMIT dinarasikan sedemikian rupa agar bisa menggugah jemaatnya untuk peduli lingkungan. Liturgi ini merupakan bentuk implementasi ekoteologi yang secara sadar dilakukan oleh GMIT. Liturgi dalam artinya yang baru dipahami sebagai bentuk karya pelayanan manusia. Dengan menetapkan bulan November sebagai bulan lingkungan hidup oleh GMIT, jemaat diajak untuk memusatkan karya pelayanannya terhadap alam yang mulai rusak. Penelitian ini menggunakan dua metode yakni pengamatan singkat dan studi literaturr. Hasil studi menunjukkan bahwa GMIT berani untuk membuat suatu terobosan untuk menjaga keseimbangan alam melalui ibadah yang dilakukan. Dalam hal ini juga peningkatan iman Kristen dalam jemaat GMIT terjadi melalui kesadaran mereka terhadap eko-teologi yang mendukung alam sebagai ciptaan Allah.
Debora Dan Kepemimpinan Perempuan Dalam Konteks Indonesia
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 7, No 1: Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53547/diegesis.v7i1.472
Women are not actually second class citizens in society. Women can actually lead too. However, public awareness of choosing women is still low. Moreover, in the Indonesian political calendar, in 2024 Indonesia will elect leaders both above the executive and legislative branches. This article is intended to find out the causes of women’s minimal involvement in the Indonesian political arena. After that, this article will also show the role of women in leading. This context will be put into dialogue with the story of Deborah in the Bible, who was also a successful female leader. The result of this dialogue is to provide a leadership perspective that is not gender biased. The building in this paper uses the literature method, namely by looking at literature that specifically discusses the two topics that are currently in the spotlight, namely the role of Deborah and the contribution of Indonesian women in leading. Keywords: Deborah; women; leadersAbstrakPerempuan sesungguhnya bukan warga kelas dua dalam masyarakat. Perempuan juga sebenarnya bisa memimpin. Hanya saja, kesadaran publik untuk memilih perempuan masih rendah. Apalagi dalam kalender politik Indonesia, tahun 2024 ini Indonesia akan memilih pemimpin baik di atas eksekutif maupun legislatif. Adanya tulisan ini dimaksudkan untuk mencari tahu penyebab keterlibatan perempuan yang minim di arena politik Indonesia. Setelah itu, tulisan ini juga akan menampilkan tentang bagaimana peran perempuan dalam memimpin. Konteks ini akan didialogkan dengan kisah Debora dalam Alkitab yang juga adalah pemimpin perempuan yang berhasil. Hasil dialog ini yakni memberi suatu perspektif kepemimpinan yang tidak bias gender. Bangunan dalam tulisan ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan melihat literatur-literatur yang secara khusus membahas kedua topik yang sementara menjadi sorotannya yaitu peran Debora dan kontribusi perempuan Indonesia dalam memimpin.Kata Kunci: Debora; perempuan; pemimpin
Pancasila sebagai Agama Sipil? Analisis Kritis dalam Kerangka Teologi Publik Kristen di Indonesia
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
Forum Vol 54 No 1 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia dan Filsafat Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/forum.v54i1.727
In recent years, there has been a growing movement in Indonesia seeking to reject Pancasila as the state ideology. However, this effort has not gained significant public support. Rejecting Pancasila is equivalent to rejecting Indonesia’s foundational commitment to diversity, a value that has sustained national unity. Although Pancasila is not a religion, its principles are deeply consistent with core teachings found across various religious traditions, making it a unique ideological basis for the Indonesian nation. This study aims to explore whether Pancasila can be understood and accepted as a form of civil religion within Indonesian society. It also seeks to contribute to the development of public theological discourse, particularly from a Christian Protestant perspective, in response to current misunderstandings about Pancasila as civil religion among Christian communities. Employing a qualitative method through a literature study, the analysis draws from theological, philosophical, and socio-political sources. The study concludes that Pancasila, viewed through the lens of public theology, can indeed serve as a civil religion that strengthens national identity without contradicting religious beliefs.
Siapakah Orang Lain itu? Menafsirkan Lukas 10:25-37 Dari Kacamata Levinas Dan Buber
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
Theologia in Loco Vol 5 No 2 (2023): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55935/thilo.v5i2.286
Who is the other or my neighbor? This question is simple but contains a deeper meaning that needs to be reflected upon again. Commonly, the meaning of the other or neighbors are still limited to one particular tribe, clan, religion , or identity. Therefore, this article aims to discover a more inclusive meaning of the other or neighbors t o achieve this goal, the authors will interpret Luke 10:25-37 using narrative and dialogical approaches to find the inclusive meaning of the other or neighbors and bring the narrative into dialogue with the thoughts of two great figures —Emmanuel Levinas and Martin Buber— who offer inclusive views about the other . The author uses the narrative interpretation method to draw meaning from the text into the context of this article. The aim is to offer a view about the other—neighbors or other people who do not share the same identity in order to show that the meaning of the other—some one or people how are different—surpass the shared identity with the self.
Konsep Etika Sosial dalam Pandangan Ketuhanan Jean-Luc Marion di Era Postmodern
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus;
Ludji, Irene;
Y. M. Lattu, Izak
Studia Philosophica et Theologica Vol 23 No 2 (2023)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/spet.v23i2.562
The problem of human trafficking in East Nusa Tenggara is a humanitarian issue but also a theological problem. Therefore, the attitude of the church and all members of the NTT community is also a determinant for breaking the human trafficking chain in NTT. Therefore, this paper is intended to clearly state and at the same time focus on how the church’s contribution in NTT is actually in participating in solving this problem. This paper, will examine more of the existing literature. Then, the search results will be elaborated in order to get a link to the problem written, and offer solutions to be noticed and followed up.
Wacana Übermensch Dalam Pandangan Nietzsche Dan Peran Gereja Dalam Pengentasan Kemiskinan Di NTT
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus;
Nuban Timo, Ebenhaizer I.;
de Haan, Arly E. M.;
D. Koli, Endang
Studia Philosophica et Theologica Vol 24 No 1 (2024)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/spet.v24i1.607
Poverty in East Nusa Tenggara is a serious problem that has been as truggle for the government, the church, and the people of NTT for years. Various ways have been taken to overcome this problem, for example the structure of society that must be changed, reducing excessive spending budgets, access roads to remote areas that must be repaired. Poverty in NTT can be overcome by building a market network. However, specifically in this paper, we will look at the potential of NTT people to be empowered to become superior human beings as Nietzsche thought. Indeed, Nietzsche’s thinking is often taken to the extreme because his critique of Christianity is hard to forgive. However, we see that behind his controversial thinking, there are positive values that we can gain and try to put into practice in the context of poverty in NTT. Therefore, it is very important for us to move away from our views that reject radically his thoughts while trying to learn critically about what is the essence of Nietzsche’s thinking and the extent to which it is relevant to the context of poverty in NTT.
Gereja Masehi Injili di Timor dan Keberpihakan pada Alam: Apresiasi terhadap Liturgi Bulan Lingkungan Hidup di Gereja Masehi Injili di Timor
Ludji, Ni Sarah Medo;
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol. 8 No. 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37368/ja.v8i1.722
Alam NTT dikenal begitu gersang. Hal ini sebagai akibat dari rendahnya intensitas hujan dari tahun ke tahun. Selain tanah yang gersang, keadaan laut juga memprihatinkan oleh karena pencemaran dari sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat. Dalam melihat keadaan ini, GMIT bereaksi secara cepat. Reaksi itu terlihat melalui penetapan bulan November pada 2007 sebagai bulan lingkungan hidup. Tujuannya ialah untuk kembali merefleksikan relasi antara Allah, manusia dan alam ciptaan. Dalam merayakan bulan lingkungan hidup, liturgi yang dipakai dalam kebaktian di GMIT dinarasikan sedemikian rupa agar bisa menggugah jemaatnya untuk peduli lingkungan. Liturgi ini merupakan bentuk implementasi ekoteologi yang secara sadar dilakukan oleh GMIT. Liturgi dalam artinya yang baru dipahami sebagai bentuk karya pelayanan manusia. Dengan menetapkan bulan November sebagai bulan lingkungan hidup oleh GMIT, jemaat diajak untuk memusatkan karya pelayanannya terhadap alam yang mulai rusak. Penelitian ini menggunakan dua metode yakni pengamatan singkat dan studi literaturr. Hasil studi menunjukkan bahwa GMIT berani untuk membuat suatu terobosan untuk menjaga keseimbangan alam melalui ibadah yang dilakukan. Dalam hal ini juga peningkatan iman Kristen dalam jemaat GMIT terjadi melalui kesadaran mereka terhadap eko-teologi yang mendukung alam sebagai ciptaan Allah.
Menimbang Ulang Konsep Uis Pah sebagai Kearifan Lokal Menjaga Alam: Tinjauan Teologis-Sosiologis
Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus;
Haan, Arly Elizabeth Maria de
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol. 9 No. 2 (2025): Volume 9 Nomor 2 Tahun 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Abdiel
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37368/s12z2j17
Atoni Meto atau Orang Timor memiliki pandangan khas tentang alam yang di dalamnya meliputi tanah, laut, air dan segala sumber daya yang ada. Alam dilihat sebagai Uis Pah atau Tuhan Bumi. Keyakinan ini berangkat dari pemahaman bahwa dari alam, manusia dapat hidup. Alam telah menyediakan banyak sumber daya untuk manusia kelola. Paham ini juga sebenarnya memberikan kontribusi terhadap upaya menjaga alam agar tidak tereksploitasi karena ulah manusia. Hanya saja, sikap dominan manusia terhadap alam kemudian melahirkan suatu paham bahwa alam itu hendaknya dikuasai manusia. Alam adalah ranah profan dan karena itu sentuhan manusia atas alam adalah sesuatu yang wajar. Tulisan ini dimaksudkan untuk kembali memperhatikan konsep Uis Pah yang berpihak pada alam, baik itu tanah, laut, air, dan sebagainya sebagai yang harus dijaga. Karena itu, dengan menggunakan pendekatan studi literatur, akan digarap berbagai ulasan terkait topik yang dibahas. Pada akhirnya, melalui eksplorasi pemahaman mengenai Uis Pah yang adalah kearifan lokal tetapi juga sistem keyakinan Atoni Meto diharapkan dapat memberi kontribusi untuk mengantisipasi kerusakan alam serta upaya berkelanjutan memelihara alam Nusa Tenggara Timur, khusus di wilayah Timor.