Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antikanker yang tinggi, namun produksinya dari tanaman konvensional terbatas oleh faktor musim, iklim, dan rendahnya akumulasi alami. Kultur jaringan tanaman menawarkan alternatif produksi kuersetin yang berkelanjutan dengan kontrol lingkungan optimal dan biosintesis metabolit sekunder yang dapat diinduksi. Penetapan jenis dan komposisi media kultur menjadi krusial karena media menentukan ketersediaan nutrisi, keseimbangan hormon, dan kondisi fisiologis yang mempengaruhi jalur biosintesis. Artikel ini merupakan literature review dengan kerangka PICOC menggunakan data tahun 2015–2025 yang dianalisis secara sistematis mengikuti alur PRISMA. Kajian ini menganalisis 32 studi untuk mengevaluasi pengaruh media kultur terhadap produktivitas kuersetin pada berbagai sistem kultur in vitro. Media Murashige-Skoog (MS) mendominasi 90,6% penelitian, dengan modifikasi ½ MS pada kultur hairy roots menghasilkan produktivitas tertinggi (48,24 mg/g DW pada Raphanus sativus). Media B5 menunjukkan keunggulan untuk spesies leguminosa dengan peningkatan kuersetin 5,03 kali lipat. Manipulasi konsentrasi sukrosa (30-45 g/L) dan suplementasi biostimulator menghasilkan akumulasi hingga 64,9 mg/g. Kultur hairy roots dan suspensi sel menunjukkan responsivitas tertinggi dengan rentang produktivitas 0,34-209,93 mg/g DW. Optimalisasi media untuk produksi kuersetin memerlukan pendekatan spesifik berdasar pada jenis tanaman, metoda kultur, dan jenis ekspan yang dipakai.
Copyrights © 2025