Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah
Vol. 23 No. 2 (2023)

Akkattere: Syncretism of Patuntung Beliefs and Sharia on Pilgrimage of The Ammatoa Kajang Community

Zainuddin, Zainuddin (Unknown)
Sammak, Jusalim (Unknown)
Salle, Salle (Unknown)



Article Info

Publish Date
31 Dec 2023

Abstract

This article critically examines the interaction between Patuntung beliefs and sharia in implementing the pilgrimage, which has led to syncretism. This is qualitative research, with data sourced from interviews and library research. This study reveals that one of the Patuntung teachings practised by the Ammatoa Kajang CLC (Customary Law Community) is the Akkattere tradition of cutting young children's hair. Akkattere is symbolized by the pilgrimage in  Islamic law because capable people perform both, and both expect rewards  from Tu Rie' A'rana (God) on the next day (hereafter). People who perform Akkatrere are not required to perform the  pilgrimage in Makkah. The essence of Akkattere is a ritual of sacrifice (in its material element), and the salvation of Riallobokona Tu ride A'ra'na. The Ammatowa indigenous people consider Akkattere as the performance of taḥallul in the holy land, and they obtain the title of hajj, like people who have performed the pilgrimage in the holy land. The Ammatoa Kajang CLC believes that if people perform the Akkattere ritual and go on pilgrimage, they will get disaster.  Artikel ini bertujuan mengkaji secara kritis mengenai interaksi antara kepercayaan Patuntung dengan syariat Islam pada pelaksanaan ibadah haji yang menimbulkan sinkretisme. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan data bersumber dari wawancara dan studi dokumen. Kajian ini mengungkapkan bahwa salah satu ajaran Patuntung yang dipraktikkan masyarakat hukum adat Ammatoa Kajang adalah tradisi Akkattere berupa pemotongan rambut kepada anak kecil. Akkattere ini disimbolkan dengan pelaksanaan ibadah haji dalam syariat Islam, karena sama-sama dilakukan oleh orang mampu dan sama-sama mengharapkan pahala dari Tu Rie’ A’rana(Tuhan) pada hari kemudian (akhirat). Orang yang melaksanakan Akkattere tidak diwajibkan melaksanakan ibadah haji di Mekah. Esensi ajaran Akkattere terletak pada ritual pengorbanan (pada unsur materilnya) dan keselamatan Riallobokona Tu rie’ A’ra’na. Masyarakat adat Ammatowa menganggap bahwa Akkattere merupakan pelaksanaan taḥallul di tanah suci dan mereka memperoleh gelar haji seperti orang yang telah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Masyarakat Ammatoa Kajang memiliki keyakinan jika orang telah melakukan ritual Akkattere kemudian berhaji akan mendapatkan musibah.

Copyrights © 2023






Journal Info

Abbrev

ahkam

Publisher

Subject

Religion Law, Crime, Criminology & Criminal Justice Social Sciences

Description

Focus and Scope FOCUS This journal focused on Islamic Studies and present developments through the publication of articles and research reports. SCOPE Ahkam specializes on islamic law, and is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes ...