Radikalisme dan intoleransi di lingkungan pendidikan menjadi tantangan yang signifikan dalam membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif. Pendidikan dasar memegang peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini guna mencegah radikalisme di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kurikulum inklusif dalam menanamkan nilai toleransi dan anti-radikalisme di sekolah dasar. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, penelitian ini mengeksplorasi strategi pembelajaran, peran guru, serta tantangan dalam penerapan kurikulum inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan kurikulum inklusif berhasil meningkatkan sikap saling menghormati di antara siswa, mengurangi stereotip negatif, serta meningkatkan interaksi sosial yang harmonis. Guru memiliki peran sentral dalam membentuk lingkungan belajar yang inklusif melalui metode pembelajaran berbasis diskusi, studi kasus, serta pendidikan multikultural. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya pelatihan guru, serta resistensi dari sebagian masyarakat masih menjadi kendala utama dalam implementasi kurikulum inklusif. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan kebijakan pendidikan inklusif melalui pelatihan guru yang lebih intensif, penyediaan fasilitas pendukung, serta kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan toleran. Dengan pendekatan yang komprehensif, kurikulum inklusif dapat menjadi strategi efektif dalam membentuk generasi muda yang lebih toleran dan terbebas dari pengaruh radikalisme.
Copyrights © 2025