ABSTRAK Kejadian kegawatdaruratan dapat terjadi di mana saja termasuk di lingkungan sekolah yang merupakan tempat dengan risiko tinggi bagi murid mengalami cedera atau kondisi darurat medis. Data menunjukkan bahwa 20% cedera pada anak terjadi saat jam sekolah dengan jenis cedera yang umum mencakup luka lecet, terkilir, patah tulang hingga kondisi seperti pingsan, tersedak, dan mimisan. Sehingga membutuhkan pertolongan awal yang cepat dan tepat terhadap korban dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Ketidaksiapan lingkungan sekolah, termasuk murid, dan guru dalam menangani keadaan ini dapat memperburuk keadaan anak sebelum mendapat pertolongan medis lebih lanjut. Kondisi saat ini masih banyak murid dan guru disekolah lainnya belum memiliki pengetahuan serta keterampilan dasar dalam penanganan kegawatdaruratan. Dengan demikian upaya promotif dan preventif seperti edukasi dan pelatihan menjadi sangat penting. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam penanganan awal kegawatdaruratan. Metode kegiatan ini berupa penyuluhan, pelatihan dan simulasi. Untuk membantu dan pengingat sekolah diberikan modul panduan penanganan kegawatdaruratan bagi orang awam. Hasil pre-test, menujukan bahwa sebanyak 90% murid belum paham penanganan awal kegawatdaruratan, setelah dilakukan penyuluhan dan pelatihan hasil post-test menunjukan adanya peningkatan paham murid cara penanganan awal kejadian kegawatdaruratan sebesar 65,0%. Hasil ini menujukan bahwa pelatihan berbasis simulasi efektif meningatkan pengetahuan dan pemahaman guru, siswa, dan karyawan sekolah bagaimana cara pertolongan awal seperti pingsan, tersedak, mimisan, patah tulang, dan terkilir dilingkungan sekolah MAN 1 Pesisir Selatan. Kata Kunci: Kegawatdaruratan, Pengetahuan Siswa, Pertolongan Pertama. ABSTRACT Emergency incidents can occur anywhere, including in the school environment, which is a high-risk place for students to experience injury or medical emergencies. Data shows that 20% of injuries to children occur during school hours, with common types of injuries including abrasions, sprains, fractures, to conditions such as fainting, choking, and nosebleeds. So that it requires fast and appropriate initial assistance to victims can save lives and prevent further complications. The unpreparedness of the school environment, including students, and teachers in handling this situation, can worsen the child's condition before receiving further medical assistance. Currently, many students and teachers in other schools do not have basic knowledge and skills in handling emergencies. Thus, promotive and preventive efforts such as education and training are very important. The purpose of this activity is to improve the understanding and skills of participants in handling initial emergencies. The method of this activity is in the form of counseling, training and simulation. To assist and remind schools, emergency handling guide modules are provided for lay people. The pre-test results showed that 90% of students did not understand the initial handling of emergencies, after counseling and training, the post-test results showed an increase in students' understanding of how to handle initial emergency incidents by 65.0%. These results indicate that simulation-based training is effective in increasing the knowledge and understanding of teachers, students, and school employees on how to provide first aid such as fainting, choking, nosebleeds, broken bones, and sprains in the MAN 1 Pesisir Selatan school environment. Keywords: Emergency, Student Knowledge, First Aid
Copyrights © 2025