Ruas Jalan Nasional Oesao - Bokong khususnya pada STA 43+300 yang letaknya berdekatan dengan anak sungai, senantiasa menghadapi permasalahan teknis berupa kerusakan perkerasan jalan aspal yang ditandai dengan terjadinya retak memanjang, bergelombang pada permukaan jalan dan longsor pada permukaan jalan. Data dari Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur, paket penanganan longsor Camplong, STA 43+300, ruas Oesao - Bokong, Pada bulan Oktober 2018, terjadi longsor dan menyebabkan amblesan sebagian badan jalan dan bahu jalan dengan panjang longsor kurang lebih 100 meter. Penanganan yang dilakukan adalah pemasangan gabion. Pada tahun 2022, permukaan jalan kembali ambles sejauh 40 meter dan beda elevasi berkurang kurang lebih 20 cm. Mitigasi longsor dengan menggunakan gabion belum efektif dalam menanggulangi permasalahan longsor yang terjadi di Jalan Nasional Oesao-Bokong khususnya pada STA 43+300. Berdasarkan kajian penanganan longsor, beberapa metode dapat digunakan untuk mitigasi potensi longsor pada lereng, salah satunya adalah penggunaan tiang bor. Tiang bor digunakan sebagai penahan geser apabila dinding penahan saja tidak mampu menahan tekanan tanah lateral. Tiang bor juga dapat memberikan daya dukung yang lebih efektif. Hasil kajian penanganan ruas jalan Timor Raya KM 43+300 dengan Perkuatan Tiang Bor menunjukkan bahwa penyebab longsor yang terjadi pada ruas jalan Nasional Oesao – Bokong STA. 43+300 adalah geometri lereng yang tidak stabil, penurunan tanah pada tanggul yang kurang rapat, limpasan air sehingga terjadi rembesan yang membentuk aliran akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan lereng dalam kondisi jenuh dan adanya gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng yaitu beban kendaraan. Analisis lereng menggunakan pemodelan alternatif 4 dengan menggunakan Software Geo5 menghasilkan faktor keamanan (SF) sebesar 1,30 dengan menggunakan tiang bor berdiameter 50 cm dan kedalaman 8 meter serta jarak antar tiang 1,2 meter.
Copyrights © 2025