Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah sangat penting untuk membantu siswa memahami lingkungan dan fenomena alam, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Namun, di MI Miftahul Falah Kota Bandung, hasil belajar IPA siswa masih rendah yaitu dengan perolehan rata-rata 64,28, nilai tersebut masih dibawah kriteria ketuntasan maksimum, serta dikarenakan guru jarang menggunakan kegiatan eksperimen, membuat pembelajaran menjadi monoton, sehingga siswa hanya menghafal materi tanpa memahami konsep IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan pertanyaan apakah model pembelajaran Experiential Learning lebih baik dibandingkan dengan model Direct Instruction dalam memperbaiki hasil belajara siswa kelas V. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan, kemampuan awal siswa di kedua kelompok eksperimen dan kontrol sama-sama rendah yaitu menghasilkan nilai pretest rata-rata 37 dan 38. Namun, setelah penerapan model pembelajaran, nilai rata-rata posttest kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Experiential Learning meningkat drastis menjadi 88 dapat dikategorikan sangat baik, sementara kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Direct Instruction hanya mencapai 58 dikategorikan cukup baik. Hasil uji statistik yaitu dengan T Aksen (t’) < 0,001 artinya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Berdasarkan temuan ini, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Experiential Learning jauh lebih baik dibandingkan Direct Instruction dalam meningkatkan hasil belajar kognitif IPA siswa kelas V.
Copyrights © 2025