Pariwisata alam di Indonesia berkembang pesat sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi kreatif. Aktivitas pendakian gunung menjadi salah satu bentuk wisata alam yang paling diminati karena menawarkan pengalaman petualangan, interaksi sosial, dan nilai edukatif. Sistem open trip semakin populer karena mampu mempertemukan peserta dari berbagai daerah dengan biaya terjangkau. Namun, pelaksanaannya belum sepenuhnya ramah bagi penyandang disabilitas, pendaki pemula, dan lansia ringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi peserta open trip terhadap wisata pendakian inklusif serta merancang model konseptual open trip ramah disabilitas yang dapat diimplementasikan secara praktis. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan thematic analysis. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap lima narasumber yang telah mengikuti kegiatan open trip pendakian gunung di Indonesia. Hasil penelitian menegaskan tiga kebutuhan utama, yaitu asesmen kesiapan fisik sebelum keberangkatan, pelatihan porter berbasis empati dan keselamatan, serta digitalisasi sistem untuk pendaftaran, asesmen, komunikasi, dan evaluasi. Temuan ini menjadi dasar perumusan model konseptual tiga fase pra-perjalanan, pelaksanaan, dan pasca-perjalanan untuk mendukung open trip yang aman, inklusif, dan berkeadilan sosial.
Copyrights © 2025