Cyberbullying menghadirkan ancaman yang signifikan dan berkembang terhadap kesejahteraan mental dan sosial siswa sekolah menengah, menetapkan pendidikan literasi digital sebagai intervensi pencegahan yang penting. Sementara banyak penelitian mengkonfirmasi efektivitas program semacam itu, pemahaman yang lebih dalam tentang proses implementasi itu sendiri masih kurang dieksplorasi. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis proses multifaset penerapan pendidikan literasi digital untuk mencegah cyberbullying, bergerak melampaui studi kemanjuran untuk mengeksplorasi pedagogis "bagaimana". Memanfaatkan pendekatan kualitatif berdasarkan penelitian perpustakaan yang komprehensif, penelitian ini mensintesis temuan dari literatur akademik kontemporer dalam pedagogi digital, psikologi pendidikan, dan kajian media. Analisis mengungkapkan bahwa implementasi yang berhasil melampaui fokus kurikulum formal pada keterampilan dan aturan teknis. Sebaliknya, ini dicirikan sebagai proses adaptif di mana guru bertindak sebagai fasilitator daripada ahli teknis, menerjemahkan konsep abstrak ke dalam realitas hidup siswa. Pendekatan pedagogis ini secara efektif menggeser perspektif siswa dari kepatuhan berbasis aturan ke kesadaran yang lebih mendalam dan didorong oleh empati. Selain itu, sintesis literatur menunjukkan bahwa hasil yang paling berkelanjutan bukanlah perolehan pengetahuan individu tetapi budidaya budaya teman sebaya yang positif, di mana "kurikulum tersembunyi" informal menjadi mekanisme yang kuat untuk pengaturan diri komunal. Studi ini menyimpulkan bahwa implementasi pendidikan literasi digital yang efektif adalah proses sosial-emosional yang dinamis, memposisikan kembali tujuan utamanya dari sekadar menciptakan individu yang terinformasi menjadi memelihara komunitas digital di seluruh sekolah yang etis dan tangguh
Copyrights © 2025